WebNovels

Chapter 10 - Cinta di Balik Jendela Kedai Kopi

Bab 10 – Surat di Balik Rak Buku dan Perasaan yang Tak Lagi Sembunyi

Sudah seminggu sejak kedai kembali dibuka setelah libur sehari yang terasa seperti pelarian kecil.

Tapi suasana kedai tak lagi sama.Kini, semua terasa lebih hangat. Lebih hidup.Karena Hana dan Adrian… tak lagi bermain tebak-tebakan perasaan.

Mereka tidak menyebutnya "pacaran."Belum.Tapi semua orang tahu — bahkan pelanggan tetap pun bisa melihat sorot mata mereka berubah saat saling menatap.

Rak Buku Pojok

Hari itu, Hana membersihkan rak buku kecil di pojok kedai — rak yang jarang disentuh siapa pun kecuali Adrian, karena dia selalu duduk di dekat situ.

Saat ia menarik satu buku kumpulan puisi tua, ia merasa ada yang terselip di balik sampul belakang. Sebuah amplop kecil, berwarna cokelat tua.

Dengan tulisan tangan:

"Untuk kamu yang selalu aku gambar — sebelum aku berani menyapamu."

Jantung Hana berdetak kencang.

Surat Sebelum Semuanya Dimulai

Ia membuka perlahan. Di dalamnya, sepucuk surat. Tinta hitam, tulisan sedikit miring, khas Adrian. Surat itu ditulis di atas kertas sketsa bergaris tipis.

Hana,

Aku menulis ini jauh sebelum aku punya cukup keberanian untuk masuk ke kafe kecilmu.

Aku hanya pria yang menatap dari kejauhan. Tapi setiap hari kamu membuka jendela itu… aku merasa dunia masih ada kemungkinan menjadi hangat lagi.

Aku pernah kehilangan seseorang — dan sejak itu aku berhenti menggambar manusia.Tapi kamu… membuatku ingin menggambar lagi.

Bukan hanya karena kamu cantik saat menyeduh kopi, atau karena kamu senyap tapi penuh makna.

Tapi karena kamu adalah orang pertama yang aku lihat… bukan hanya dengan mata, tapi dengan hati.

Jadi kalau suatu hari aku cukup berani, dan kamu membaca ini…

Terima kasih sudah jadi matahariku, bahkan sebelum aku tahu caranya bicara.

– Adrian

Hana memeluk surat itu. Matanya panas.

Bukan karena sedih. Tapi karena akhirnya, segalanya terasa benar.

Tak Ada Lagi Rasa yang Sembunyi

Saat Adrian datang sore itu, ia melihat Hana tersenyum dengan mata merah.

Ia tahu.Dan ia hanya bertanya, pelan, "Kamu nemuin surat itu?"

Hana mengangguk.

"Kenapa kamu nggak langsung kasih?"

Adrian menjawab lirih, "Karena waktu itu aku belum tahu... apakah kamu akan menatapku balik."

Hana berjalan pelan mendekat, menggenggam tangannya.

"Sekarang kamu tahu."

"Dan aku gak akan berhenti menatap balik."

Sore yang Paling Sederhana, Tapi Paling Jujur

Mereka duduk berdua di kursi jendela — tempat segalanya dimulai.Tak ada sketsa. Tak ada kopi.

Hanya dua orang, dua tangan yang saling menggenggam.

Dan dunia di luar bisa saja hujan, panas, atau penuh keramaian…

Tapi di balik jendela itu,cinta tak lagi sembunyi.

More Chapters