WebNovels

Chapter 5 - Cinta di Balik Jendela Kedai Kopi

Bab 5 – Bayangan Masa Lalu dan Nama yang Tak Pernah Disebut

Tiga hari berlalu sejak bunga forget-me-not itu datang.Tiga hari tanpa Adrian.Tiga pagi tanpa senyum dari seberang jendela.

Tapi Hana tetap membuka tirai pukul 07:14.Tetap menyeduh kopi vanila kayu manis.Tetap menunggu.

Kedai yang Tak Lagi Sama

Kedainya masih ramai. Pelanggan tetap masih datang dan pergi. Tapi Hana merasa ada ruang kosong di udara. Seperti meja yang selalu disiapkan tapi tak pernah diduduki lagi.

Dan setiap kali ia memandang ke arah jendela lantai dua toko buku seberang, hanya satu hal yang hadir:

Bayangan.

Bukan Adrian. Tapi bayangan dirinya sendiri, yang kini mulai bertanya:

"Kenapa dia pergi? Dan kenapa aku merasa kehilangan… padahal aku bahkan belum mengenalnya?"

Sketsa yang Tak Pernah Dibuka

Malam itu, Hana duduk di ruang belakang. Di pangkuannya, buku sketsa milik Adrian.

Ia belum membuka halaman lainnya. Ia merasa itu terlalu pribadi. Terlalu sakral.

Tapi rasa penasaran mulai menggigit.

Dengan jari pelan, ia membalik satu halaman.

Lalu satu lagi.

Dan ia terdiam.

Nama yang Tertinggal di Antara Gambar

Ada gambar-gambar lain. Tapi tidak semua tentang Hana.

Ada sosok lain — seorang perempuan berambut panjang, berdiri di pantai, tertawa sambil memeluk seseorang yang tidak terlihat wajahnya.

Di bawah sketsa itu, tertulis:

"Alia – untuk setiap tawa yang tidak bisa kuingat tanpa rasa sakit."

Hana menutup buku itu perlahan.

Bukan karena marah.

Bukan cemburu.

Tapi karena sekarang dia tahu…

Adrian menyimpan luka. Dan mungkin, dia belum sepenuhnya sembuh.

Pertanyaan yang Kini Berganti

Hana tidak lagi bertanya, "Siapa Adrian?"Tapi:

"Apa yang terjadi padanya?"

Dan di dalam hatinya, pelan-pelan, ia berjanji:

"Jika dia kembali… aku tak akan hanya menyambutnya. Aku akan menenangkannya."

Tanda-Tanda Kecil

Hari berikutnya, hujan turun deras. Tapi seorang pelanggan baru datang — pria tua berpayung besar, membawa tas selempang dari kulit tua.

Ia memesan kopi, lalu berkata:

"Temanmu — si pelukis — menitipkan ini untukmu. Katanya, jangan khawatir… dia sedang memperbaiki sesuatu dari hidup lamanya."

Hana menerima gulungan kecil berisi selembar kertas lukis.

Di dalamnya, hanya satu gambar: dua cangkir kopi, berdampingan, di meja jendela.

Dan satu kalimat:

"Untuk hari saat kita akhirnya bicara… bukan hanya lewat kaca."

More Chapters