WebNovels

Chapter 17 - Chapter 17. Kematian misterius part 1.

Pagi itu Alif dan Rani berangkat ke sekolah seperti biasa.

"Bagaimana kabar Wiliam sekarang?" Tanya Rani.

"Dia sekarang sepertinya sangat sibuk dengan urusan nya sendiri. Dan dia juga sudah menjadi detektif swasta sekarang."

"Wah itu hebat, jadi sekarang dia adalah detektif?"

"Ya dia menjadi seorang detektif swasta, setelah menyelesaikan pendidikannya. Sehingga dia sangat sibuk dengan kasus-kasus yang di selidiki nya."

"Pantas saja dia sangat sibuk dan jarang kelihatan."

"Ya begitulah. Oh iya semalam aku menerima pesan dari salah satu teman ku Jordan yang tinggal di pinggiran kota, dia meminta tolong kepada ku untuk menyelidiki kasus Kematian kembaran nya yang meninggal secara tiba-tiba saat sedang tidur."

"Tapi kenapa dia tidak menghubungi polisi saja?."

"Hmm entahlah, aku juga menanyakan hal yang sama kepada nya, kenapa dia tidak menghubungi polisi dan detektif profesional saja, dan kenapa dia malah menghubungi ku yang jelas-jelas hanya detektif amatir. Lalu Dia menjawab bahwa setelah kematian ayahnya kondisi keungan dia dan saudara kembarnya menjadi krisis, dan mereka harus berhemat walaupun sebenarnya mereka berasal dari keluarga yang kaya. Tetapi yang mengatur keuangan mereka adalah ibu tirinya"

"Jadi ibu tirinya itu yang mengambil alih kekayaan ayahnya?"

"Ya, bisa di bilang begitu. Dan aku akan berangkat ke pedesaan untuk menyelidiki kematian saudara kembarnya, pada hari Sabtu depan nanti karna sekolah libur pada hari Sabtu."

"Ah apakah aku boleh ikut dengan mu?"

Rani terlihat bersemangat.

"Ya boleh aja si."

"Hari ini hari Senin berarti 5 hari lagi aku tidak tidak sabar untuk menyelidiki kasus itu." Kata Rani.

"Ya akhir-akhir ini terasa sangat membosankan."

Kring! Kring! Kring! Lonceng sekolah pun berbunyi.

...

5 hari kemudian. Alif dan Rani berkumpul dan bersiap-siap di rumah alif.

"Apakah kau sudah membawa semua barang yang kita perlukan?" Kata Alif.

"Ya sudah kubawa semuanya, senter, kamera, selimut, Dan laptop ku. apa yang kau bawa?"

"Aku membawa kaca pembesar, pisau, dan juga pistol paman ku, untuk berjaga-jaga."

"Apakah tidak berbahaya membawa pistol?."

"Ah tenang saja. Aku sudah meminta izin kepada paman ku, dan ayahku. Dan jika ada hal berbahaya yang akan terjadi aku akan menghubungi mereka."

"Nah kalau semuanya sudah siap ayo kita berangkat."

Mereka pun berangkat ke pedesaan dengan kereta api.

"Jadi" kata Rani setelah mereka memasuki kereta api. "Jika mereka tinggal bersama ibu tirinya, dan ibu tirinya itu sangat pelit dan hanya mengincar kekayaan ayahnya yang sudah meninggal, bukankah sudah jelas jika ibu tirinya lah pelakunya?"

"Aku awal nya juga berpikir seperti itu, tapi saat kematian saudara kembarnya ibu tirinya hanya berada di rumah pukul 19:00-20:00, dan setelah itu ibu tirinya pergi keluar rumah dan belum kembali sampai subuh. Dan di saat ibu tirinya di rumah mereka belum tidur."

"Jangan bilang Jordan lah pelakunya? Tetapi jika dia pelakunya kenapa dia menghubungi mu untuk menyelidiki kematian saudara nya. Atau mungkinkah saudara nya itu bunuh diri? Ahhggg! aku jadi pusing siapa si pelakunya yang sebenarnya Alif."

"Aku juga tidak tahu. Kita lihat saja nanti."

Selama perjalanan mereka membicarakan tentang kasus Kematian yang secara tiba-tiba itu. lalu pembicaraan mereka beralih ke hal-hal lain, Alif menceritakan tentang novel, komik, dan film detektif yang dia tonton. dia juga menceritakan tentang turnamen catur yang dia ikuti. Dan setelah beberapa saat Alif tiba-tiba menjadi diam dan hanya termenung.

beberapa jam kemudian mereka pun sampai di pedesan, mereka harus berjalan selama beberapa menit dan mereka pun sampai di rumah Jordan. Rumah itu lumayan besar dengan taman hijau dan di penuhi dengan bunga-bunga dan pohon, di samping rumah nya.

"Wah rumah nya mewah sekali, aku heran kenapa dia bisa tidak punya uang untuk menyewa detektif profesional dan polisi untuk menyelidiki kasus Kematian saudara nya. Sepelit itukah ibu tirinya." Rani terkejut.

"Ya aku juga belum tahu pasti alasan nya. Dia dan saudara kembarnya adalah teman masa kecil ku yang tinggal di sebelah rumah ku tetapi mereka pindah ke pinggiran kota, jadi kami jadi jarang bertemu."

Mereka berjalan menuju rumah itu dan membunyikan bel, beberapa saat kemudian seseorang membukan pintu, Orang itu berwajah tampan dengan rambut pirang, bertubuh tinggi,dan jangkung.

"Alif, akhirnya kau datang juga aku sudah menunggu mu." Seru orang itu.

"Sudah lama ya Jordan, kau sudah banyak berubah dan sedikit lebih tinggi dari ku." Kata Alif.

"Ayo masuk dulu kita bicarakan di dalam."

Mereka memasuki rumah dan duduk di sofa ruang tamu, rumah itu luas dan mewah, di dinding nya di penuhi dengan lukisan-lukisan kuno.

"Tunggu di sini sebentar." Kata Jordan. "Aku akan membuat minuman dulu."

"Tidak perlu repot-repot seperti itu." Jawab Alif sambil tersenyum.

"Kalian pasti haus dan capek setelah perjalanan jauh, akan ku buatkan minuman dulu, kalian ingin minum apa?."

"Aku kopi saja."

"Aku juga sama."

"Baiklah, tunggu sebentar ya."

"Dia orang yang baik ya." Kata Rani, setelah Jordan pergi membuat kan minuman.

"Ya, dia memang orang yang baik saudara kembarnya juga sangat baik."

Beberapa saat kemudian Jordan kembali dengan membawa minuman.

Alif meminum kopinya dan mencondongkan tubuhnya ke depan, "Nah bisa kau ceritakan kejadian yang menimpa saudara kembarnya mu."

Ketika Jordan ingin menceritakan kejadian yang menimpa saudara nya tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari tangga, dan seorang wanita menuruni tangga, wanita itu bertubuh jangkung, rambutnya sedikit memutih dengan wajah serius.

"Siapa mereka?" Katanya dengan suara serak.

"Mereka teman-teman ku ibu."

"Oh jadi kalian temanya Jordan, setelah Johan wafat Jordan kelihatan kesepian dan aku juga sangat sibuk dengan pekerjaan ku, aku senang ada teman-temannya yang mengunjungi nya."

"Kami turut berduka atas kepergian nya Johan Tante dia adalah orang yang baik." Kata Alif.

"Ya dia adalah anak yang baik dan rajin. Aku akan pergi untuk bekerja jangan sungkan anggap saja rumah sendiri."

"Ibu mu ternyata baik ya." Kata Rani setelah wanita itu meninggalkan rumah.

Berbeda dari yang ku bayangkan. Pikir Rani.

"Ya, tetapi dia juga orang yang kasar dan kata-katanya sangat menusuk dia juga jarang berbicara dengan kami."

"Apakah kau mencurigai ibu mu?" Tanya Alif.

"Ya aku memang mencurigai nya."

Alif menyandarkan tubuhnya di kursi dan termenung. Lalu dia mengeluarkan kotak yang berisi rokok dari saku baju nya menyalakan nya dan menghisap nya.

"Alif! Kenapa kau merokok lagi merokok itu tidak baik!" Seru Rani.

"Sebenarnya aku tidak suka merokok tetapi jika aku sedang berpikir keras aku membutuhkan rokok." Kata Alif.

"Bisakah kau menceritakan rincian kejadiannya?" Lanjutnya.

"Ya hari itu kami berjalan-jalan karna bosan di rumah, selama perjalanan dia lebih banyak diam daripada biasa nya."

"Kenapa kau sangat pendiam akhir-akhir ini apakah ada masalah? Tanya ku."

"Ah tidak apa-apa. Jawabnya, aku merasa aneh karena biasanya dia adalah orang yang ceria dan lumayan banyak bicara, tetapi akhir-akhir ini dia lebih banyak merenung dan terkadang menghindar dari ku. Dia juga sangat membenci ibu tiri kami itu karena ibu kami ucapan-ucapan nya selalu menusuk dan menghina, ibu kami juga jarang sekali memberikan kami uang sehingga kami harus berhemat. Saat ayah kami Masi hidup kami tidak memiliki masalah keuangan sama sekali, saya juga membenci ibu tiri kami itu tetapi hanya dia lah orang tua yang kami punya sekarang. Sekarang aku akan menceritakan tentang kejadian malam itu, malam itu hujan turun sangat deras hanya kami berdua lah yang berada di rumah karena ibu kami sedang pergi ke luar. Saat itu aku hanya bermain game saja, dan dia juga sibuk dengan ponselnya. Dan aku tidur lebih awal darinya. Alangkah terkejutnya aku ketika bangun kamar kami berantakan sekali padahal sebelumnya sangat rapi, dan aku melihat wajah Johan pucat pasi, aku mencoba untuk membangun kan nya tetapi dia tidak kunjung bangun, aku menjadi panik dan memanggil ibu ku, ibu ku sedang duduk di kursi malas dan membaca buku."

"Ketika aku memangil nya kami pun bergegas membawa nya ke rumah sakit, tetapi dokter mengatakan dia sudah tidak bernafas. Aku menangis, karna dia lah satu-satunya saudara ku."

"Apakah kau yang membunuh Johan! Kata ku ketika kami kembali ke rumah."

"Apa maksudmu! Kenapa aku akan membunuhnya?"

"Tapi jika kau membunuh kami kau akan mendapatkan semua warisan dan harta ayah kami! Kami bertengkar hebat hari itu dan tidak saling menyapa selama beberapa hari, tetapi pada suatu hari dia tiba-tiba memberikan aku uang dan meminta maaf karna selama ini dia sangat kasar dan pelit. Betapa terkejutnya aku melihat sikap nya yang tiba-tiba berubah itu tetapi aku tetap mencurigai nya dan selalu waspada terhadap nya. Dan terlebih aneh nya lagi merasa melupakan beberapa hal, misalnya aku tidak ingat apa yang terjadi kemarin.

Alif dan Rani mendengarkan dengan serius.

Alif menyandarkan tubuhnya di kursi dan mengangkat kakinya ke kursi, dia menghisap rokok dan termenung.

"Ah dia mulai lagi berpikir keras seperti tengelam di dalam pikirannya." Seru Rani.

More Chapters