WebNovels

Chapter 2 - Eps2: Dunia yang Tak Tertulis

Langkah Abbas gontai menyusuri jalan berlumut yang memancar cahaya samar. Ia belum tahu di mana dirinya berada. Udara di tempat itu terasa hangat dan harum, seperti campuran aroma kayu manis dan hujan pertama. Segalanya terlalu indah dan terlalu asing.

Di kejauhan, kota yang melayang di udara perlahan menurunkan sebuah jembatan cahaya. Tanpa tahu mengapa, Abbas merasa kakinya digerakkan oleh sesuatu selain kehendaknya. Ia mulai menaiki jembatan itu, dan seketika tubuhnya terasa ringan, seolah bumi tak lagi menariknya.

Sesampainya di depan gerbang kota, ia disambut oleh sesosok perempuan bersayap perak. Wajahnya teduh, matanya biru menyala seperti bintang yang hidup.

"Selamat datang, Pengembara dari Tanah Mati," ucap perempuan itu. Suaranya bergema lembut, namun dalam, seolah berbicara langsung ke hati Abbas.

"A-apa maksudmu? Siapa kau? Di mana ini?" Abbas mundur setapak, matanya melebar penuh waspada.

"Aku adalah Elira, Penjaga Gerbang Aurath. Dan kau... kau telah menyentuh Lampu Kehidupan artefak kuno yang hanya muncul bagi mereka yang hampir kehilangan segalanya."

Abbas masih tercengang. "Jadi... ini dunia lain?"

Elira mengangguk. "Dunia ini disebut Elarion. Tempat antara mimpi dan kenyataan. Di sini, mereka yang hancur masih diberi kesempatan untuk memilih: menyerah... atau bangkit."

"Kenapa aku?"

"Karena meski hatimu patah, kau belum sepenuhnya mati."

Tiba-tiba, dari balik dinding kota, muncul seekor makhluk aneh—seekor kuda bertanduk dua dengan mata bercahaya hijau. Ia mendekat perlahan, lalu membungkuk di hadapan Abbas, seolah menunduk hormat.

Elira tersenyum. "Ia adalah Varn, penjaga awalmu. Ia akan membawamu ke Pusat Takdir tempat di mana kisahmu akan ditulis."

Abbas masih bingung, namun dalam hatinya, ia merasakan sesuatu yang belum ia rasakan selama bertahun-tahun: harapan.

Tanpa berkata banyak, ia menaiki Varn. Jembatan cahaya di belakangnya mulai pudar, menandakan satu hal penting tak ada jalan kembali.

Dan begitu kuda bercahaya itu melesat menuju kota melayang, Abbas menyadari satu hal: hidupnya yang dulu telah berakhir.

Yang tersisa kini hanya satu jalan.

Menjadi sesuatu yang lebih.

More Chapters