WebNovels

Chapter 4 - Sekolah yang Tak Selesai

Aku masuk SD saat umurku tujuh tahun. Sekolah negeri yang tak jauh dari rumah, dengan seragam putih merah dan topi yang kebesaran. Awalnya aku senang. Punya teman baru, belajar baca tulis, dan bisa jajan gorengan di depan gerbang sekolah.

Tapi entah kenapa, semakin aku besar, sekolah terasa seperti penjara kecil. Aku nggak suka duduk lama-lama. Aku nggak tahan dimarahin cuma karena ngobrol sama temen. Dan kadang, aku nggak ngerti apa yang diajarin bu guru.

Meskipun begitu, aku tetap bertahan sampai kelas empat.

Sampai akhirnya, hari itu datang. Hari yang bikin semuanya berubah.

Aku masih ingat jelas. Seorang kakak kelas—badannya lebih tinggi, matanya suka melirik meremehkan. Dia sering iseng sama aku. Tapi hari itu, dia kelewatan. Dia ledek aku di depan teman-temanku. Katanya bajuku bau, katanya aku anak kampung, lalu dia dorong aku sambil tertawa keras.

Seketika, darahku mendidih. Aku nggak mikir panjang. Tangan ini langsung melayang. Satu kali. Dua kali. Sampai dia jatuh.

Aku nggak bangga, tapi aku juga nggak nyesal.

Dia pingsan di tempat. Guru-guru datang. Aku dibawa ke kantor. Dan beberapa hari kemudian, surat pemanggilan orang tua dikirim. Ibu datang dengan wajah penuh kecewa. Aku nggak pernah lupa pandangannya waktu itu.

Aku dikeluarkan dari sekolah.

Dan sejak itu, aku berhenti belajar. Aku pikir, sekolah nggak butuh aku. Lagipula, di luar sana masih ada langit. Masih ada jalan. Dan aku yakin, hidup nggak cuma soal bangku kelas.

Aku baru 10 tahun waktu itu. Tapi dunia mulai menunjukkan bahwa hidup bisa keras, bahkan untuk anak-anak.

More Chapters