WebNovels

Chapter 6 - Panggung yang Hidup

Suara tepuk tangan menggema di bawah tenda besar. MC membuka acara dengan penuh semangat, menyapa para tamu, peserta, dan warga sekitar. Fahrul berdiri di samping panggung, merekam semua dengan hati-hati.

Di panggung, anak-anak kecil maju, mempersembahkan tarian daerah. Fahrul melihat wajah-wajah polos itu berseri-seri, meski ada satu-dua yang salah langkah atau malah menoleh ke belakang mencari ibunya. Penonton tertawa pelan, penuh kehangatan.

"Bagus ya, Bar," bisik Tiara di sebelahnya. "Lihat tuh anak-anak, semangat banget."

Fahrul mengangguk. "Iya, Kak. Padahal latihannya cuma beberapa hari ya?"

Tiara tersenyum. "Iya. Mereka luar biasa."

Setelah itu, MC memanggil perwakilan panitia ke panggung. Kak Amel naik, membawa mikrofon, dan mulai bicara. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih kepada semua yang hadir pagi ini. Kami ingin menyampaikan bahwa tanpa kerja sama semua pihak — panitia, warga, para ibu-ibu yang begadang, dan terutama anak-anak hebat kita — acara ini tidak mungkin terwujud."

Di belakang panggung, Fahrul melihat Kak Amel menarik napas dalam sebelum bicara, seperti menahan haru.

Lalu giliran tamu VIP memberi sambutan. Fahrul merekam sambil sesekali melirik penonton — ada yang serius mendengarkan, ada yang bisik-bisik, ada yang sibuk membetulkan posisi duduk.

Ketika pidato selesai, MC memanggil panitia dan warga untuk foto bersama. Fahrul ikut berdesakan ke depan. Senyum-senyum, lambaian tangan, bahkan ada anak kecil yang tiba-tiba mengangkat dua jari membentuk peace sign.

Dan di tengah semua itu, Fahrul merasa: panggung bukan hanya milik mereka yang tampil di atasnya. Panggung adalah milik semua yang bekerja keras di belakangnya, yang mungkin tidak disebut namanya, tapi tanpa mereka, panggung itu tidak akan pernah hidup.

More Chapters