WebNovels

Chapter 3 - HT dan Bisik-bisik Panitia

"Bayu, cek speaker kiri! Suaranya serak!" suara Kak Amel terdengar dari HT.

Fahrul memanggul dua kursi sekaligus, berjalan melintasi panggung kecil yang baru setengah jadi. Di sekelilingnya, HT terus berdering — suara potongan pesan, instruksi, kadang makian kecil yang segera ditutup tawa.

"Tiara, rundown fix jam berapa MC naik?" suara Mus terdengar.

Tiara mengangkat alis, sambil terus menulis. "Kalau tamu VIP datang on time, jam delapan. Tapi kabarnya mereka masih di jalan."

Fahrul mematung sebentar. Rasanya seperti menonton orkestrasi yang rumit. Di satu sisi, panitia bekerja seperti mesin yang penuh ritme. Di sisi lain, ada kekhawatiran mengalir di balik bisik-bisik: apakah cuaca akan mendukung? Apakah listrik kuat menahan semua peralatan? Apakah para tamu akan datang tepat waktu?

"Rul, sini sebentar!" panggil Abi, setengah berlari sambil memegang segulung kabel. "Bisa bantu pegangin ini? Kita mau tarik ke panggung."

Fahrul sigap berdiri. "Ayo, Bi."

Mereka menarik kabel panjang, hati-hati agar tidak melilit kaki siapa pun. Sementara itu, di sudut lain, Kak Amel bicara serius dengan Tiara.

"Kalau listriknya anjlok, kita ada genset cadangan kan?" bisik Kak Amel.

Tiara mengangguk, meski wajahnya tegang. "Iya, tapi cuma tahan dua jam, Kak. Kalau acara molor…"

Kata-kata itu menggantung di udara. Fahrul hanya sempat mendengar sepenggal, tapi cukup untuk membuatnya sadar: acara yang dilihat orang sebagai 'meriah' di panggung, sesungguhnya disangga oleh banyak kekhawatiran di belakang layar.

Ia menarik napas, ikut menahan tenda yang sedikit miring tertiup angin. Untuk pertama kalinya pagi itu, Fahrul merasa bukan sekadar tamu. Ia adalah bagian dari semua ini.

More Chapters