WebNovels

Chapter 2 - BAB 2: API YANG MEMBAKAR KEGELAPAN

Aura panas dan dingin bertabrakan di udara, membuat atmosfer dangeon level 70 menjadi ladang pertempuran antara dua kekuatan yang bertolak belakang. Batu-batu retak, suhu udara turun drastis, dan setiap tarikan napas serasa menusuk paru-paru.

Rion berdiri tegap di tengah-tengah ruang bawah tanah, tubuhnya dikelilingi oleh pusaran partikel es yang menari seperti roh-roh liar. Di hadapannya, sosok mengerikan Drakonix—raksasa bersisik hitam dengan dua tanduk bengkok, mata merah menyala, dan cakar yang bisa merobek besi tebal dalam sekali tebas.

"Serang aku kalau kau bisa, manusia kecil!" teriak Drakonix dengan suara bergema, melemparkan bola energi hitam dari telapak tangannya.

Rion mengangkat tangannya dan mengucap pelan, "Glacius Wall." Sebuah dinding es transparan muncul tepat di depan tubuhnya. Bola energi meledak saat menyentuhnya, namun tak meninggalkan bekas.

“Hmm. Bukan sihir biasa, ya?” gumam Drakonix sambil menyeringai.

Rion melangkah maju. “Kau berbicara terlalu banyak, Drakonix. Waktumu akan habis.”

Mereka berdua menyerang bersamaan.

Drakonix menghantam tanah dengan tinjunya. Lantai batu pecah, dan dari bawah, pilar-pilar bayangan muncul mencoba menikam Rion. Tapi bocah itu menghindar lincah, berputar di udara dan melepaskan mantra, “Frost Spear!” Tombak-tombak es muncul di udara dan meluncur cepat ke arah monster.

Drakonix menangkis dengan sayapnya, beberapa menembus sisik tapi tak cukup melukai fatal. Monster itu membuka mulutnya, melepaskan semburan api hitam yang membuat dangeon bergetar. Rion terlempar ke belakang, tubuhnya menabrak dinding batu.

“Kh…!” Rion meringis. Lengan kirinya terluka, darah menetes. Tubuhnya mulai melemah. Nafasnya berat.

“Sudah kubilang, manusia tidak cocok bermain di dunia iblis!” teriak Drakonix sambil tertawa puas.

Pertarungan makin sengit. Rion terus menyerang, tapi kekuatan Drakonix seperti tak ada habisnya. Setiap mantra es yang ia lontarkan hanya meninggalkan luka ringan. Sementara serangan balik dari Drakonix semakin brutal.

Setelah beberapa menit, Rion terduduk, keringat bercucuran, luka di tubuh bertambah. Ia nyaris tak bisa berdiri. Darah menetes di tanah.

“Ini... bukan akhirku...”

Dalam kepanikan, sesuatu bergetar dari dalam dirinya. Bukan rasa takut, tapi... tekad. Tekad untuk bertahan hidup. Tekad untuk tidak lagi menjadi lemah seperti di dunia sebelumnya.

[Sistem Aktif… Potensi sihir tersegel terdeteksi.]

[Membuka segel—Elemen Infinity Ice: Terbuka.]

[Kekuatan es tingkat tertinggi teraktivasi.]

Seketika dunia terasa berhenti.

Udara di sekitar Rion membeku. Tidak hanya dingin—ini adalah ketiadaan. Ketiadaan panas, suara, dan gerakan. Partikel es tak lagi hanya berputar—mereka berubah menjadi serpihan cahaya biru keperakan yang menyatu di tubuh Rion, membungkusnya dalam lapisan aura es yang bersinar tenang namun mematikan.

Drakonix melangkah mundur. Untuk pertama kalinya, matanya menunjukkan... ketakutan.

“Apa… kekuatan ini…?”

Rion bangkit. Luka-lukanya menyembuh perlahan. Matanya dingin, tatapannya menusuk. Ia mengangkat tangannya ke udara, lalu mengepalkannya.

“Cryo Domain.”

Seketika seluruh ruangan berubah menjadi medan es raksasa. Dinding, langit-langit, bahkan lantai berubah menjadi kristal beku. Drakonix menggigil. Setiap langkahnya kini berat, tubuhnya melambat.

“Sekarang kau yang harus bertahan hidup,” ucap Rion pelan.

Ia mengayunkan tangannya. "Infinity Shard Rain!"

Ribuan jarum es muncul di udara, tajam seperti belati surgawi, dan melesat ke arah Drakonix. Monster itu menjerit, mencoba membentuk pelindung bayangan, tapi sia-sia. Tubuhnya tertembus di banyak tempat. Darah hitam menyemprot.

“A-Aku… panglima Raja Iblis… tidak mungkin kalah pada bocah rendahan…!”

Rion tidak menjawab. Ia melangkah maju, membentuk pedang es dari lengannya.

“Ini akhir dari kekuasaanmu… Frozen Execution.”

Satu tebasan. Cepat. Sunyi.

Tubuh Drakonix membeku sepenuhnya, lalu pecah menjadi ribuan pecahan kristal hitam dan es, tersebar ke seluruh penjuru ruangan.

Senyap.

Pertarungan usai.

Rion berdiri di tengah genangan cahaya, tubuhnya dikelilingi partikel es yang melayang lembut. Tak ada luka. Tak ada rasa lelah. Itulah keunggulan Infinity Ice—kekuatan tanpa batas.

[Selamat. Anda telah naik ke Level 12.]

[Skill Baru Diperoleh: Absolute Freeze, Elemental Domination.]

Rion menarik napas dalam-dalam. Tangannya mengepal.

“Ini... kekuatan yang seharusnya aku miliki sejak dulu.”

Matanya menatap jauh ke dalam kegelapan dangeon. Ia tahu—masih ada musuh yang lebih kuat. Masih ada rintangan yang menantinya.

Namun sekarang, ia bukan lagi bocah lemah yang mati tenggelam di dunia lamanya.

Ia adalah Rion Aethoria.

Penguasa es tak terbatas.

More Chapters