WebNovels

Chapter 57 - Bab 57 – Meja Bundar Afrika

Bab 57 – Meja Bundar Afrika

Langit Lagos dipenuhi awan tipis saat jet pribadi bertanda B-37 mendarat di bandara rahasia luar kota. Tiga kendaraan hitam menjemput rombongan dari Jerman—keluarga Bosch yang legendaris, pewaris dari dinasti industri otomotif dan teknologi berat: Robert Bosch GmbH.

Mereka bukan hanya keluarga bisnis, tapi juga pemilik ladang minyak, lisensi tanah jarang, dan fasilitas teknik tersembunyi di Angola, Gabon, dan Republik Afrika Tengah.

---

Keluarga Bosch

1. Wilhelm Bosch – kepala keluarga, pria berusia 68 tahun, sangat tenang dan pragmatis. Ia generasi keempat dari pewaris perusahaan.

2. Leona Bosch – anak sulung, pakar teknologi energi bersih, pengatur logistik Afrika.

3. Emmerich Bosch – adik Leona, ahli keuangan dan jaringan ekonomi bawah tanah Uni Eropa.

4. Jasper Bosch – perwakilan lapangan dan eks-militer bayaran yang kini mengatur keamanan industri keluarga.

---

Pertemuan Meja Bundar: Aliansi Tertutup

Tempat: Hidden Valley Base, lokasi terpencil milik keluarga Melon, dikelilingi hutan dan penghalang sinyal.

Hadir:

Arvid Nava (pemimpin Nava Corp)

Samuel Melon dan tiga adiknya: Marcus, Ravel, dan Elaine Melon

Wilhelm Bosch, Leona, Emmerich, dan Jasper

Pengamat tak langsung: perwakilan sipil Pentagon (tanpa hak bicara)

Di tengah meja oval dari kayu hitam, terdapat satu dokumen yang belum ditandatangani: Perjanjian Aliansi Kawasan Afrika.

---

Isi pokok perjanjian:

1. Aliansi Pertahanan Afrika

Jika salah satu pihak (Nava, Melon, atau Bosch) diserang, diintervensi, atau diusik secara teknologi, ekonomi, atau fisik di wilayah Afrika—maka dua pihak lainnya WAJIB memberikan dukungan penuh, termasuk militer privat, intelijen, dan sanksi digital.

2. Batas Wilayah

Perjanjian ini hanya berlaku untuk operasi di kawasan Afrika dan laut sekitarnya, tidak mencakup Eropa, Amerika, atau Asia.

3. Kedaulatan Red Queen

AI Red Queen tetap eksklusif milik Bitwhale dan tidak akan dibagikan atau diakses oleh pihak luar, termasuk Bosch atau Pentagon.

4. Kompensasi Pentagon

Sebagai penjamin proteksi militer tidak langsung, Pentagon diberikan prioritas pembelian sumber daya Afrika (minyak, tanah jarang, logam strategis) dengan harga 30–40% lebih rendah dari pasar global.

---

Dialog Kunci

> Wilhelm Bosch: "Kami tidak datang untuk menjadi alat Amerika. Tapi kami juga tidak menolak perlindungan selagi kami masih bisa menulis kontraknya."

> Samuel Melon: "Washington tidak menulis isi perjanjian ini. Kita yang menulis. Pentagon hanya menjaga agar tidak ada yang membalik meja."

> Arvid Nava: "Dan jika Red Queen tetap hanya milik kami, maka kita butuh jaminan bahwa Bosch tidak akan menyusupkan AI asing ke dalam wilayah data kami."

> Leona Bosch: "Kami setuju. Tapi semua harus transparan. Kita semua tahu dunia bergerak ke arah digital dominan. Kami tidak mau menjadi yang terakhir masuk."

Semua pihak berdiri, menandatangani dokumen. Di layar hologram, muncul nama aliansi:

> Koalisi Tertutup Afrika – CAA (Closed African Alliance)

"Tiga benua. Satu medan. Satu musuh: intervensi luar."

---

Deklarasi resmi CAA belum genap dua hari, namun dunia langsung bergetar. Dalam ruang-ruang rapat yang tertutup dan jaringan komunikasi bawah tanah, para pemimpin dunia mulai menyusun langkah.

1. Uni Eropa – Ketakutan dalam Netralitas

> Brussels, Belgia.

Para diplomat dari Jerman, Prancis, dan Belanda mengadakan sidang darurat. Meski keluarga Bosch adalah kebanggaan industri Eropa, keterlibatan mereka dalam aliansi militer ekonomi di Afrika—bersama Nava dan Melon—membuat para pejabat merasa terjebak.

> Diplomat Prancis: "Mereka membawa bendera kita, tapi mengikuti komando Washington dan NSA."

> Delegasi Jerman: "Bosch bukan hanya perusahaan. Mereka punya sejarah, tambang, dan hak kolonial. Kita tidak bisa sentuh mereka tanpa membakar Eropa sendiri."

Uni Eropa akhirnya bersikap netral, namun mempercepat pembangunan Data Border Zone di Afrika Utara untuk menahan ekspansi digital Bitwhale.

---

2. India – Mengutuk, Tapi Tak Bergerak

> New Delhi, India.

PM India dalam pidato resmi:

> "Aliansi CAA adalah bentuk penjajahan ekonomi modern. Afrika bukan pasar monopoli teknologi."

Namun, tanpa kekuatan militer atau dukungan kawasan, India hanya mampu mengutuk tanpa aksi. Pusat data mereka di Afrika Selatan mulai mengalami tekanan bandwidth karena perlambatan akses lintas jaringan yang didominasi Bitwhale.

---

3. China – Pendanaan Anti-CAA

> Beijing, Tiongkok.

AIH Corporation dan Baihua Group segera mengalihkan dana sebesar USD 12 miliar ke proyek OceanMind dan Africa Smart Sovereignty, bertujuan mendanai negara-negara Afrika agar tidak tunduk pada pengaruh CAA.

> Juru Bicara AIH:

"Tidak boleh ada satu tangan pun yang memegang kunci Afrika. Cina akan memastikan banyak pintu tetap terbuka."

Tiongkok juga mulai menyusupkan AI lokal bernama ZhiHui ke universitas dan pemerintahan lokal Afrika sebagai tandingan Red Queen.

---

4. Rusia – Ancaman Diam

> Moskow, Rusia.

Dmitri Golovkin dari Kementerian Keamanan Strategis Rusia:

> "Kami tidak akan diam jika kawasan pengaruh kami ikut tercekik oleh kekuatan barat yang menyamar sebagai aliansi sipil."

Rusia menyatakan akan mengaktifkan jaringan intelijen setelah konflik di Ukraina dan Timur Tengah mereda. Beberapa elemen pembangkang di Afrika Tengah mulai mendapatkan sinyal senjata dan dana dari sumber misterius.

---

5. Korea Utara – Pengecam Paling Vokal

> Pyongyang, Korea Utara.

Pidato resmi Kim Seong-Jin:

> "CAA adalah kanker kapitalis. Mereka menanamkan kabel dan mengambil jiwa benua Afrika. Dunia harus bangkit!"

Namun, tidak ada tindakan berarti selain propaganda domestik dan siaran agitasi ke negara-negara Afrika dengan teknologi murah.

---

6. Jepang dan Korea Selatan – Diam yang Strategis

Sebagai sekutu Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan memilih netral aktif—mereka tidak mengutuk, namun juga tidak mendukung. Mereka fokus memperkuat pengaruh ekonomi secara lembut melalui infrastruktur dan teknologi publik di Afrika.

---

7. Israel – Dukungan Total

> Tel Aviv, Israel.

Sebuah pesan khusus dikirim ke Hidden Valley:

> "Israel menyambut perjanjian strategis dengan Koalisi Afrika. Kami siap menyediakan dukungan teknologi dan intelijen sebagai mitra."

Dalam 48 jam, Arvid Nava diterbangkan ke Israel dan menandatangani kesepakatan awal:

Dana investasi: USD 5 miliar untuk pengembangan AI, jaringan bawah tanah, dan pertahanan siber gabungan.

Tambahan investasi berkelanjutan setiap kuartal tergantung stabilitas kawasan dan keberhasilan intelijen.

Israel diberi akses parsial ke jaringan Bitwhale dalam versi terbatas di Timur Tengah.

---

More Chapters