WebNovels

Chapter 15 - 16 JADI, SEBENARNYA ANITA ITU?

"kita mau kemana?"

Maura bertanya sambil menikmati angin sepoi-sepoi diatas motor yang saat ini sedang ia naiki. dia sudah izin kepada Gio dan Mama nya untuk berjalan jalan sebentar dengan Erlan dan mereka berdua mengizinkan nya.

"mau ke rumah aku."

Erlan menjawab dengan santai sambil tersenyum senyum sementara Maura? dia langsung terdiam sejenak lalu berpikir. bagaimana kalau Mama nya Erlan galak? atau malah, dia tidak suka dengan Maura? duh! memikirkan nya saja sudah membuat pusing.

"ih, kok engga bilang dulu sama aku?" protes Maura. setidaknya, dia harus menyiapkan mental secara sehat dahulu baru bisa kesana. kalau sekarang? jangan kan mental, buah tangan saja dia tidak ada.

"nanti berhenti ke arah brownis yaa? aku mau beliin itu buat dibawa ke rumah kamu."

mendengar ucapan Maura spontan membuat Erlan terkekeh dan tersenyum. "ngapain? kita kesana buat ngambil proposal aku bukan untuk minta restu."

"iss, kamu engga paham Erlan."

"aku paham Maura tapi kita kesana cuma untuk ngambil proposal aku yang ketinggalan lagi pula jam segini Mama engga ada di rumah dia masih kerja." jelas Erlan secara halus dan pelan pelan.

"aku masih mau beliin brownies."

Erlan mengangguk. dari pada akan berakhir dengan ngambek lebih baik dia menuruti permintaan Maura agar tidak terjadi perang ketiga dengan wajah yang perengat perengut.

dia berhenti di sebuah toko roti yang memang terkenal dengan kue yang enak. "kamu disini saja ya? aku cuma sebentar doang," ucap Maura yang langsung turun dari atas motor.

"engga mau. aku ikut ke dalam, mau nemenin kamu."

akhirnya, mereka berdua masuk ke dalam secara bersama sama. Erlan sudah seperti anak kucing yang mengikuti Ibu nya kemana pun pergi.

"ini aja," ucap Erlan sambil menunjuk bolu pisang sementara Maura sedang mencari brownies.

"itu bolu pisang."

"iyakah? sama sama kaya brownies."

"dari mana sama? sedangkan yang kamu tunjuk itu ada topping pisang diatas nya dan bahkan, kamu engga lihat ada tulisan bolu pisang segede gaban disini?" omel Maura.

dia langsung menggaruk-garuk kepala nya yang tidak gatal dan memberikan senyuman yang termanis. malah makin tampan!

akhirnya, mereka berdua sudah membeli brownies dan siap untuk dibawa ke rumah Erlan. kalau begini kan Maura sudah tenang karena datang ke rumah Erlan tidak dengan tangan kosong.

"seneng?"

Maura tersenyum dan mengeratkan pelukannya di pinggang Erlan, "tentu. terima kasih yaaa?" ucap nya dengan tersenyum lebar.

ia bahagia karena tidak nyangka bisa sedekat ini dengan Erlan. cinta pandangan pertama dan Maura rela menurunkan gengsi demi mendapatkan perhatian dari Erlan bahkan, ia juga rela berangkat selalu telat agar mendapatkan hukuman yang diberikan oleh Erlan.

RUMAH ERLAN,

begitu sampai, ia melihat ada wanita yang tidak asing berada di rumah Erlan.

"nah, itu Mama aku."

Maura terdiam dan membeku di tempat ia berdiri saat ini. apa tadi katanya? 'Mama aku?' Anita perempuan yang paling ia benci adalah Mama Erlan. tidak, tidak mungkin! ini hanya mimpi.

ia mumukul mukul pipi nya untuk menyadarkan kalau apa yang ia lihat sekarang cuma mimpi buruk dan tidak pernah terjadi dan engga mau terjadi.

"hei, apa yang kamu lakukan Maura?" ucap Erlan yang menghentikan Maura.

"sakit," keluh Maura.

sakit? berarti, semua ini benar benar nyata?

"kita obatin di dalam yaa? liat pipi kamu sampai merah kaya gitu karna kamu tepuk berulang-ulang kali. ayo ke dalam biar aku obati yaa?" ucap Erlan dengan lembut ia tahu kalau Maura tidak bisa dibentak dan dikasari.

Maura menggelengkan kepalanya, "a-aku mau pulang." ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca dan badan yang sudah mulai gemeteran. Erlan yang melihat sikap aneh Maura tentu saja panik sekaligus khawatir dengan keadaan Maura.

"apa yang sakit? kenapa nangis? cerita sama aku dulu yaa, tarik napas nya pelan-pelan lalu bicara dengan secara perlahan." bimbing Erlan sambil mengelus elus punggung Maura dan terus menatap Maura dengan tatapan yang sangat khawatir. ada apa sebenarnya dengan Maura? kenapa dia bisa berubah dalam hitungan detik.

"loh, kok kalian berdua engga masuk?"

mendengar suara Anita dengan spontan membuat Maura mundur menjauh. "kamu kenapa? itu Mama aku, jangan takut." ucap Erlan dia heran kenapa Maura melihat Mama nya kaya seperti melihat hantu.

"eh, k-kamu?"

kaget. Anita tentu kaget melihat keberadaan Maura di rumah nya.

"Mama kenal dengan Maura?" tanya Erlan sambil menatap Maura dan Mama nya secara bergantian. dia menyadari, ada hal aneh diantara mereka berdua yang Erlan tidak tahu hal tersebut.

"tidak."

tentu saja Anita akan berbohong soal ini dia tidak mau anaknya kecewa padanya. dan, ia juga harus membicarakan ini kepada Maura untuk tidak mengatakan hal yang sebenar benarnya kepada Erlan.

"eum, Tante boleh bicara dengan Maura?"

"aku mau pulang Erlan." dia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Anita dan berusaha mati matian untuk tidak emosi melihat Anita.

"Mama aku mau bicara dengan kamu Maura," jawab Erlan dengan heran. sebenarnya, ada apa sih dengan mereka berdua? engga biasanya Maura berprilaku seperti ini dengan orang lain.

"aku mau pulang."

"sebentar dulu yaa? kita masuk dulu sebentar lalu setelah itu kita bakal pulang." ucap Erlan dengan baik baik.

"baiklah, aku telpon bang Gio untuk jemput aku disini." putus Maura. dia tidak bisa berlama lama melihat Anita melihat Anita sama saja melihat penderitaan Mama nya selama ini.

Maura langsung mengambil ponsel nya di dalam tas dan mencari nomor Gio untuk dihubungi dan menjemput dia di rumah Erlan.

"engga usah, ayo kita pulang saja pamit dulu dengan Mama." akhirnya, Erlan mengalah dan menuruti permintaan Maura.

"aku tunggu di depan."

lagi dan lagi Maura mengabaikan ucapan Erlan dia langsung pergi melangkah. dia tidak perduli mau dianggap tidak sopan atau kurang ajar sama yang lebih tua karena, rasa sakit yang dialami Mama nya selama ini tidak sebanding dengan apa yang dilakukan Maura saat ini.

"MAURAA," kali ini Erlan sudah tidak bisa sabar.

"kamu kenapa sih? aku cuma minta kamu buat pamit sama Mama aku doang, susah buat kamu? kamu merasa keberatan?"

"iya, aku keberatan."

"kenapa? kamu mengenal Mama?"

Maura tersenyum dengan sinis, "coba tanya Mama kamu dulu dia kenal atau tidak" jawab Maura sambil menatap Anita penuh dengan kebencian.

"Mah, sekarang Mama jujur dengan Erlan. Mama kenal dengan Maura?"

Anita terdiam. ia bingung ingin menjawab apa dia tidak mau membuat Erlan kecewa dengan perbuatannya dan tidak ingin Erlan malu gara gara perbuatan yang dilakukan oleh nya. ia tahu itu salah namun, ia melakukan ini semua juga demi kebaikan Erlan.

"gabisa jawab Mama kamu?" sinis Maura. dia sudah menebak kalau Anita tidak mungkin jujur kepada Erlan mengenai semua hal yang telah dia perbuat. namun, kalau Anita tidak jujur biar Maura yang mengatakan semuanya pada Erlan.

"Mah,"

"tidak. Mama tidak kenal dengan dia," dia pikir berbohong adalah hal yang tepat.

"Mama sedang tidak berbohong dengan Erlan kan? Erlan paling tidak suka dengan kebohongan Mah, Mama sudah berbicara dengan jujur kan?"

BERSAMBUNG.

gimana dengan part ini? apakah ada perasaan yang mengganjal? silahkan keluarkan komenan bawel kalian yaa

More Chapters