WebNovels

Impossible world

Khlrhmnzaa
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
185
Views
Synopsis
​Zi Lang adalah bayangan yang terpinggirkan di pinggiran Kekaisaran. Seorang anak sebatang kara yang tidak mengetahui asal-usulnya, ia hanya mengenal gubuk tua reot sebagai rumah, dan penghinaan sebagai sapaan sehari-hari. Sejak kecil, ia akrab dengan rasa kesepian dan remehan warga desa, membuatnya tumbuh dengan luka batin yang tak terlihat, melebihi luka fisik di wajahnya. ​Puncak kepedihan Zi Lang terjadi ketika ia dikhianati oleh satu-satunya orang dewasa yang pernah menunjukkan kebaikan: Tian Long. Setelah menyelamatkan nyawa pria itu, Zi Lang justru kehilangan Liontin Giok Naga, peninggalan berharga dari ibunya, dan ditinggalkan dengan janji kultivasi yang palsu. ​Pengkhianatan ini tidak menghancurkannya, melainkan menumbuhkan tekad baja. Zi Lang menolak godaan kekuatan gaib yang ia temukan dalam gulungan tersembunyi. Baginya, martabat jauh lebih berharga daripada kekuatan instan. Ia bersumpah untuk bangkit bukan melalui sihir kultivasi, melainkan melalui jerih payah dan kerja kerasnya sendiri. ​Zi Lang memulai perjuangannya di desa, menantang para penebang kayu dan menerima pekerjaan fisik paling berat. Setiap tetes keringat adalah penebusan atas rasa diremehkan. Perlahan, kekuatan fisiknya tumbuh melampaui batas anak seusianya, dan yang lebih penting, ia mendapatkan pengakuan dan rasa hormat yang ia dambakan—bukan dari kemurahan hati, melainkan dari prestasinya. ​Namun, dunia yang kejam menuntut lebih dari sekadar kerja keras. Ketika bahaya mulai mengancam desa dan Kekaisaran, Zi Lang harus menghadapi takdir yang selama ini ia hindari. Ia akan dipaksa untuk kembali pada gulungan kuno yang ia sembunyikan, menerima kenyataan bahwa untuk melindungi martabatnya dan orang-orang yang mulai ia hargai, ia harus menguasai Jalan Kultivasi dan merangkul asal-usul misteriusnya. ​Dari seorang anak buangan yang dikhianati, Zi Lang akan menempuh perjalanan penuh darah dan perjuangan, menaklukkan musuh-musuh besar, hingga akhirnya namanya diukir sebagai sosok paling dihormati di seluruh Kekaisaran. Ini adalah kisah tentang seorang anak tanpa asal-usul yang mendefinisikan dirinya melalui tekad tak tergoyahkan, mengubah setiap pengkhianatan menjadi tangga menuju puncak kekuasaan dan martabat sejati.
Table of contents
VIEW MORE

Chapter 1 - Kesepian

​Angin berhembus kencang di sepanjang gelapnya malam. Bulan mulai tertutupi oleh mendung hitam yang menandakan hujan akan segera turun.

​Di sebuah desa kecil yang terletak di hutan pinggiran Kekaisaran, terlihat sesosok anak kecil mengenakan jubah sobek dan penuh bekas jahitan. Ia berlari menuju ke arah sebuah gubuk tua. Sesampainya di gubuk itu, ia segera menyalakan api di tungku untuk menghangatkan badan. Anak kecil itu membuka jubahnya, memperlihatkan banyaknya bekas luka di wajahnya.

​Tak berselang lama, hujan deras pun turun mengguyur desa kecil dan gubuk tua tempat anak itu berteduh.

​Gubuk yang atapnya terbuat dari jerami itu tak kuat menahan derasnya hujan malam itu. Perlahan, terlihat tetes-tetes air berjatuhan dari atap jerami tersebut. Anak kecil itu hidup sebatang kara; dia tidak tahu siapa orang tuanya, bahkan asal-usulnya sendiri. Yang dia tahu, warga desa sering memanggilnya Zi Lang.

​Hujan semakin deras, disertai kilatan guntur yang menggelegar. Zi hanya bisa bertahan di gubuk tua yang reot itu, ditemani api di tungku yang terus menghangatkannya. Zi mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.

​"Ceplak."

​Ternyata itu adalah ikan yang ia tangkap tadi siang untuk makanannya hari itu. Zi membersihkan ikan itu, lalu membakarnya.

​Asap dari pembakaran ikan itu memenuhi ruangan gubuk yang sempit. Aroma gurih perlahan menyebar, sedikit melawan bau lembap tanah dan jerami basah. Zi menatap ikan yang mulai berubah warna di atas bara. Matanya yang gelap memantulkan cahaya api yang menari-nari. Di usianya yang mungkin baru menginjak delapan atau sembilan tahun, ia sudah terbiasa dengan rutinitas bertahan hidup yang keras ini.

​Malam-malam seperti ini adalah yang terberat. Bukan karena dingin atau kelaparan, melainkan karena keheningan. Di tengah deru hujan dan gelegar petir, kesepian terasa seperti entitas fisik yang duduk di sampingnya, dingin dan sunyi. Warga desa menjauhinya. Mereka berbisik tentang kutukan dan nasib buruk setiap kali Zi lewat. Bekas luka di wajahnya—warisan dari masa lalu yang tak ia ingat—hanya memperkuat ketakutan mereka.

​Zi meraih ikan yang sudah matang. Ia meniupnya perlahan, lalu menggigitnya. Daging ikan yang hangat dan asin itu langsung memberikan energi. Sambil makan, pandangannya teralih pada sebuah benda yang tersimpan di balik tumpukan jerami di sudut gubuk.

​Itu adalah sebuah liontin batu giok berbentuk naga yang melingkar. Liontin itu adalah satu-satunya barang yang ia miliki sejak pertama kali ia tersadar di hutan beberapa tahun lalu. Batu giok itu terasa hangat di tangannya, bahkan di malam yang dingin.

​Setiap kali ia merasa putus asa, Zi akan menggenggam liontin itu. Giok itu tidak hanya memberinya rasa aman, tetapi juga harapan samar bahwa suatu hari nanti, benda ini akan membawanya pada jawaban atas pertanyaannya: Siapa aku? Dan mengapa aku sendirian?

​Tiba-tiba, sebuah suara asing terdengar di luar gubuk, di tengah badai. Bukan suara alam, melainkan suara langkah kaki yang berat, disusul rintihan pelan. Zi Lang segera mematikan api di tungku, menyembunyikan sisa ikan, dan menggenggam erat liontin giok di tangannya. Matanya yang tajam menatap ke pintu gubuk yang reyot.