WebNovels

Chapter 9 - Chapter 9 - Invasi alam semesta [1]

SERUAN INVASI ALAM SEMESTA

Satu tahun kemudian

Feng Xuan duduk di atas singgasana nya, matanya memancarkan cahaya berwarnah merah darah yang mampu menerobos segala batas dimensi. Sepuluh sosok megah berdiri di depannya, masing-masing mewakili kekuatan yang cukup untuk menghancurkan ribuan galaksi dengan sendirinya.

"Waktu telah tiba," suara Feng Xuan bergema melintasi seluruh lapisan realitas, membuat setiap partikel di alam semesta bergetar. "Sepuluh devisi kita, masing-masing satu triliun makhluk kosmik, akan menyatu menjadi genta kehancuran yang tak terhentikan. Seluruh alam semesta akan tunduk di bawah kita."

Hayam Wuruk mengangkat busurnya yang terbuat dari tulang kosmik. "Devisi Pertama siap, Tuan. Anak panah kami akan menembus masa lalu untuk memutus akar eksistensi musuh, merusak masa kini dengan serangan yang tak terduga, dan menjerat masa depan agar tidak ada harapan untuk bangkit kembali." Cahaya kecepatan ekstrem mengelilingi pasukannya yang tak terhitung jumlahnya.

Zarcus menghela nafas panjang, dan setiap bintang di sekelilingnya mulai memudar dengan cepat. "Devisi Kedua telah berdiri. Hanya dengan eksistensi kita, kehancuran bintang berjalan lebih cepat seribu kali lipat. Segala struktur kosmik yang kita lalui akan runtuh tanpa perlu kita angkat tangan."

Penyihir Kuno mengucapkan mantra kuno yang tak terdengar oleh telinga biasa. "Devisi Ketiga siap menyerang. Kami akan menargetkan titik-titik lemah struktur realitas dan menyebarkan wabah universal yang akan membuat alam semesta hancur dari dalam ke luar. Tidak ada yang bisa lolos dari infeksi yang kami bawa."

Monarch Es menginjakkan kaki di atas permukaan kosmik, dan segera lapisan es mutlak menyebar ke segala arah. "Devisi Keempat telah siap. Segala sesuatu yang kami sentuh akan membeku—bahkan konsep panas sendiri tidak akan bisa bertahan. Ruang dan waktu akan membeku di mana kami hadir."

Jester mengeluarkan tawa yang menusuk telinga dan jiwa. "Devisi Kelima telah bersiap, Bos! Hanya satu teriakan dari armada kami, dan setiap galaksi akan menjadi debu eksistensial yang tak memiliki makna lagi. Kita akan membuat kehancuran menjadi pertunjukan yang spektakuler!"

Asmodeus menyemburkan api abu-abu yang memantulkan segala bentuk energi. "Devisi Keenam siap bertempur. Setiap serangan kosmik yang datang akan kita pantulkan kembali dengan kekuatan lipat ganda, membuat musuh dihancurkan oleh tangan mereka sendiri. Kita juga akan memanggil jiwa-jiwa yang telah kita kalahkan untuk menjadi budak yang setia."

Vortex bergerak dengan cara yang membingungkan—mereka tampak berada di masa lalu dan masa depan secara bersamaan. "Devisi Ketujuh telah siap, Tuan. Kami akan menyerang target dari segala lini waktu sekaligus. Kecepatan murni kami akan membuat musuh tak bisa memprediksi gerakan kami sedikit pun."

Morvak, Iblis Orca mengangkat cakarnya yang tajam seperti pisau kosmik. "Devisi Kedelapan siap bertindak. Kami akan menyerang struktur realitas dan kausalitas sekaligus—mengubah urutan kejadian sehingga musuh akan menghancurkan diri mereka sendiri sebelum bertempur dengan kami."

Jao Fen, pria tua dengan zirah iblis yang tak terhancurkan, mengetuk tongkatnya ke permukaan. "Devisi Kesembilan telah siap. Tubuh pasukan kami cukup kuat untuk menahan kehancuran multisemesta, dan kami bisa berjalan bebas di antara semua dimensi seolah-olah sedang berjalan di taman sendiri. Tidak ada tempat yang aman bagi musuh."

Terakhir, Tharnyx menggeram, dan seketika beberapa konsep universal mulai melarikan diri dari keberadaannya. "Devisi Kesepuluh siap, Feng Xuan. Kami akan merusak hukum fisika dan melahap segala konsep yang ada—ruang, waktu, energi, bahkan kesadaran sendiri akan menjadi makanan bagi kami."

Feng Xuan mengangkat tangan, dan sepuluh devisi yang masing-masing satu triliun makhluk kosmik menyatu menjadi arus besar kekuatan yang tak terbatas. "Maka mulailah invasi! Seluruh alam semesta akan menjadi milik kita!"

Dengan seruan yang menggema, pasukan kosmik mulai bergerak, membawa kehancuran dan dominasi ke setiap sudut realitas yang ada.

Arus besar sepuluh devisi menyebar ke segala arah alam semesta seperti lahar panas yang tak terbendung. Setiap langkah pasukan kosmik mengirimkan gelombang kejutan yang menggoyangkan orbit planet dan merusak struktur ruang-waktu.

Devisi Pertama dipimpin Hayam Wuruk meluncur ke arah gugusan galaksi terdekat. Dengan satu lengan yang mengangkat busur kosmiknya, ia melepaskan anak panah pertama—cahaya menyilaukan yang langsung menerobos tirai waktu. Di masa lalu galaksi itu, anak panah menembus inti bintang induknya, membuatnya meledak jauh sebelum ia sempat membentuk sistem planet apa pun. Di masa kini, galaksi itu runtuh menjadi puing-puing tanpa sebab yang jelas. Di masa depan, jejak eksistensi galaksi itu bahkan tak pernah ada. "Sembilan gugusan lagi dalam sepersekian detik," bisik Hayam Wuruk sambil melepaskan anak panah berantai.

Sementara itu, Devisi Kedua di bawah komando Zarcus melaju dengan kecepatan hampir menyamai cahaya. Di mana pun mereka lewati, awan gas kosmik langsung terkuras energi, bintang-bintang tua segera mencapai akhir hayatnya, dan bintang muda mati sebelum bisa menyala. Dalam waktu singkat, seperempat lingkaran alam semesta menjadi medan kosmik yang sepi dan mati. "Kehancuran adalah alam semesta yang benar," ucap Zarcus dengan suara yang dingin seperti ruang hampa.

Penyihir Kuno membawa Devisi Ketiga ke titik pusat struktur alam semesta—suatu titik yang tak terlihat namun menjadi tulang punggung semua realitas. Dengan mantra yang semakin keras, ia menyentuh titik lemah tersebut. Sejak saat itu, wabah kehancuran menyebar seperti jaring laba-laba. Galaksi mulai runtuh dari dalam, hukum fisika menjadi tidak stabil, dan bahkan konsep "ada" dan "tidak ada" mulai bercampur. "Wabah ini akan menyebar ke seluruh alam semesta dalam hitungan jam," gumam Penyihir Kuno sambil melihat pusaran kegelapan yang tumbuh.

Monarch Es mengarahkan Devisi Keempat ke arah kumpulan lubang hitam supermasif. Ia menyentuh salah satu lubang hitam, dan segera lapisan es mutlak menyelimuti seluruh strukturnya. Bahkan radiasi dan gravitasi ekstrem yang keluar darinya membeku menjadi kristal kosmik. Panas konsep yang biasanya menggerakkan segala sesuatu di alam semesta mulai membeku perlahan. "Segala sesuatu akan diam dalam keheningan es ini," ujar Monarch Es dengan tatapan yang dingin.

Di sisi lain alam semesta, Jester sedang memimpin Devisi Kelima dalam pertunjukan kehancuran. Dengan satu teriakan yang menggema dari seluruh armadanya, gelombang suara eksistensial melanda gugusan galaksi spiral terbesar di alam semesta. Seperti kaca yang pecah, setiap bintang, planet, dan partikel di dalamnya menjadi debu yang tak memiliki bentuk lagi. Jester tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana dengan pertunjukan selanjutnya? Apa yang ingin kalian lihat hancur berikutnya?"

Asmodeus menghadang pasukan pertahanan alam semesta yang baru muncul. Ketika serangan energi kosmik besar menghantam armadanya, cermin kekuatan yang mereka miliki langsung memantulkannya kembali dengan kekuatan sepuluh kali lipat. Para penyerang musuh langsung dihancurkan oleh serangan mereka sendiri. Setelah itu, Asmodeus mengangkat tangan dan jiwa-jiwa yang baru saja terbunuh muncul kembali sebagai makhluk tanpa kemauan sendiri. "Sekarang mereka akan berperang untuk kita," katanya dengan senyum jahat.

Vortex membawa Devisi Ketujuh untuk menyerang markas utama pertahanan alam semesta. Mereka bergerak secara bersamaan di masa lalu dan masa depan—di masa lalu, mereka merusak struktur markas sebelum ia bahkan selesai dibangun. Di masa depan, mereka menghancurkan semua rencana pertahanan yang akan dibuat. Di masa kini, markas itu runtuh tanpa ada yang bisa melakukan apa-apa. "Waktu bukanlah benteng bagi kita," ucap Vortex sambil berdiri di atas puing-puing markas tersebut.

Morvak, Iblis Orca mengarahkan Devisi Kedelapan ke titik di mana kausalitas alam semesta terkonsentrasi. Dengan serangan yang tepat, ia merusak hubungan sebab-akibat yang menjadi dasar segala sesuatu. Musuh yang sedang menyerang tiba-tiba menemukan diri mereka sedang menyerang diri sendiri. Peristiwa yang seharusnya terjadi belakangan justru muncul dulu, membuat seluruh sistem pertahanan menjadi kacau balau. "Kausalitas hanyalah permainan bagi kita," ucap Morvak sambil mengamati kekacauan yang terjadi.

Jao Fen membawa Devisi Kesembilan menjelajah antar dimensi, mencari setiap tempat persembunyian yang mungkin digunakan musuh. Mereka melintasi dimensi ke-4, ke-5, hingga dimensi yang tak bisa dihitung, menemukan setiap kubu tersembunyi. Tubuh mereka yang kuat tak terpengaruh oleh kehancuran multisemesta yang terjadi di sekitarnya. "Tidak ada tempat yang aman di mana pun di seluruh dimensi," kata Jao Fen dengan suara yang penuh keyakinan.

Terakhir, Tharnyx dan Devisi Kesepuluh mulai melahap segala konsep universal. Hukum gravitasi mulai hilang di beberapa bagian alam semesta, konsep waktu menjadi acak-acakan, dan bahkan ide "kehidupan" dan "mati" mulai kabur. Ia meraih konsep "ruang" dan mulai mencernanya, membuat bagian alam semesta menjadi tempat yang tak memiliki bentuk atau batasan. "Segala konsep adalah makanan bagi kita," gumam Tharnyx sambil melihat sebagian alam semesta menghilang tanpa jejak.

Feng Xuan mengamati dari pusat pangkalan mereka, senyum muncul di wajahnya. Sepuluh devisi telah menguasai sebagian besar alam semesta dalam waktu yang sangat singkat. Namun, di kejauhan, ada sedikit kilatan cahaya yang mulai muncul—sebuah pertanda bahwa alam semesta belum menyerah begitu saja.

"Baiklah," kata Feng Xuan dengan suara yang penuh semangat. "Pertempuran sungguhan baru saja dimulai."

PERTUNJUKAN KEHANCURAN JESTER

Suara tawa mengerikan yang tidak mengenal batas bergema melintasi setiap sudut alam semesta yang masih hidup. Jester berdiri di atas puing-puing galaksi yang baru saja ia hancurkan, wajah badutnya yang berperekat riasan merah dan putih tampak makin mengerikan dengan senyum yang melampaui batas rahangnya.

"Wah wah wah! Lihat saja ini! Sepenuhnya hancur menjadi debu!" teriaknya sambil memutar badannya seperti anak kecil yang baru saja dapat mainan baru. "Tapi sayang sekali, pertunjukan ini terlalu cepat berakhir. Aku butuh hiburan yang lebih seru!"

Devisi Kelima yang terdiri dari satu triliun makhluk kosmik mengikuti setiap gerakan Jester dengan setia. Setiap makhluk memiliki wajah badut yang sama mengerikannya, mata mereka memancarkan kegilaan yang tak terkendali.

"Kalian tahu apa yang aku inginkan?" Jester melompat-lompat ke udara kosmik, lalu menghentikan diri dengan tiba-tiba tepat di depan sebuah alam semesta kecil yang masih utuh—dengan ribuan galaksi yang bersinar cerah seperti mutiara. "Ini! Ini yang akan jadi panggung baru kita! Aku akan membunuh seluruh alam semesta ini… hanya untuk melihat ekspresi apa yang akan muncul saat mereka menyadari bahwa segalanya hanya untuk kesenangan ku!"

Tanpa basa-basi, ia mengangkat kedua tangannya ke langit kosmik dan menjerit dengan kekuatan penuh: "AYO BERI PERTUNJUKAN YANG MEMUKAU!"

Suara teriakan dari satu triliun makhluk badut kosmik menyatu menjadi gelombang suara eksistensial yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Gelombang itu menyebar ke segala arah, menyentuh setiap sudut alam semesta target tersebut.

— Pada galaksi paling tepi, bintang-bintang mulai bergetar hebat, lalu meledak menjadi awan debu yang tak memiliki bentuk. Planet-planet hancur tanpa suara, bahkan partikel terkecil pun menghilang seolah-olah tak pernah ada.

— Di pusat alam semesta itu, lubang hitam supermasif yang seharusnya menjadi tulang punggung mulai runtuh. Konsep "kekuatan gravitasi" sendiri terpecah oleh suara badut itu, membuat seluruh struktur alam semesta mulai roboh.

Jester terbang ke tengah alam semesta yang sedang hancur, tangan kanannya menyentuh permukaan sebuah planet yang masih berusaha bertahan. "Hai hai kecil… kamu mau bermain denganku kan?" katanya dengan nada manis namun penuh dendam. Segera setelah jarinya menyentuh planet itu, seluruh kulitnya mulai terkelupas, menyisakan inti yang juga langsung hancur menjadi debu.

Ia melompat dari satu galaksi ke galaksi lainnya, setiap kali memberikan senyuman jahat sebelum memerintahkan armadanya untuk mengeluarkan teriakan yang lebih keras lagi. Alam semesta itu mulai menyusut perlahan, seperti kain yang diremas dengan kuat. Konsep waktu di dalamnya menjadi kacau—beberapa wilayah mengalami jutaan tahun dalam sepersekian detik, yang lain terjebak di masa lalu yang tak berujung.

"Lihat saja mereka berjuang! Begitu lucu!" Jester tertawa terbahak-bahak, menangis karena tertawa terlalu keras. "Mereka berpikir bisa bertahan hidup, berpikir bahwa alam semesta mereka berharga sesuatu… tapi tidak! Semuanya hanya mainan untukku!"

Dalam waktu yang tak lebih dari beberapa menit, seluruh alam semesta kecil itu hilang tanpa jejak. Tidak ada sisa apapun—bahkan jejak eksistensinya pun dihapuskan dari seluruh realitas. Jester mendarat kembali di atas panggung kosmik yang kosong, mengusap tangan dengan puas.

"Pertunjukan yang luar biasa sekali!" katanya sambil menoleh ke arah armadanya. "Sekarang… mari kita cari alam semesta lain yang mau jadi bagian dari pertunjukan ku ya? Yang lebih besar, lebih cerah… sehingga kehancurannya akan lebih menyenangkan!"

Ia mulai melayang ke arah kejauhan, tawa mengerikannya masih bergema bahkan setelah ia hilang dari pandangan. Di belakangnya, Devisi Kelima mengikuti dengan antusias, siap menghancurkan alam semesta lain hanya untuk kesenangan sang badut psikopat.

More Chapters