Udara di dalam Ketedral Retak berubah berat, seakan setiap napas mereka harus melewati lapisan tinta kental.
Retakan di dinding mulai menyala, memproyeksikan bayangan yang bergerak seperti makhluk hidup.
---
Tawaran yang Beracun
Eidvar berdiri di tengah lingkaran tinta yang terus berputar.
> "Kalian semua berjalan di jalur yang sudah dipatahkan oleh semesta. Lied… aku bisa mengembalikanmu. Menghapus penolakan itu. Menjadikanmu protagonis yang tak tergantikan lagi."
Elira langsung menggeleng, langkahnya maju.
> "Dia tidak membutuhkanmu untuk itu. Lied sudah—"
Kalimatnya terputus ketika lantai di bawahnya membelah, dan huruf-huruf hitam mulai merangkak naik, mencoba membungkus kakinya.
---
Gangguan Logika
Kael melangkah maju, mencoba menusuk Eidvar dengan tombaknya—
Namun, ujung tombak itu menembus tubuh Eidvar… dan keluar dari punggung Kael sendiri.
Realitas di sini tidak mengikuti logika. Serangan menjadi loop, kata menjadi peluru, dan kenangan mereka mulai diputar ulang dengan versi yang salah.
Di mata Lied, Kael tiba-tiba menjadi sosok asing—matanya kosong, suaranya datar, dan ia berkata:
> "Kita tidak butuhmu. Kau hanya sisa dari naskah gagal."
---
Lied Mulai Retak
Kata-kata itu menghantam seperti palu.
Semesta sudah menolak dirinya sekali… sekarang bahkan suara sahabatnya terdengar seperti penegasan.
Retakan hitam menjalar di lengan Lied, mengalir ke dadanya.
Elira berusaha meraih tangannya, "Lied! Fokus padaku!"
Namun suara Eidvar menembus segalanya:
> "Aku bisa membuatmu tak pernah merasa kehilangan ini lagi. Tinggal kau izinkan aku menulis ulangmu."
---
Pecahnya Pertempuran
Tanpa aba-aba, tinta dari dinding mulai membentuk makhluk—setengah huruf, setengah bayangan—yang melompat menyerang tim.
Terra-∞ memanggil bentuk mecha-nya, tapi bahkan kilatan energinya tertelan oleh tinta pekat.
Lied berdiri di tengah badai tinta, matanya memantulkan cahaya dari retakan Fraktura.
Dia tahu satu hal: jika ia menyerah sekarang, mereka semua akan menjadi bagian dari kisah yang bukan milik mereka.