Waktu terus bergulir, puluhan, lalu ratusan tahun. Bagi Sephiroth, ini adalah waktu yang tak berarti, hanya serangkaian hari yang dilewati untuk menyempurnakan kekuatannya dan memetakan lanskap kekuasaan dunia purba ini. Ia telah menjadi legenda hidup, sebuah bayangan mengerikan yang menghantui mimpi para vampir dan Lycan. Julukan-julukan lamanya—"Malaikat Satu Sayap," "Pembunuh Cahaya"—kini bersatu dalam satu nama yang diucapkan dengan gemetar: "The One." Sang Pembantai.
Sephiroth tidak lagi bergerak dalam bayang-bayang. Ia sesekali muncul di hadapan klan-klan yang terlalu besar atau terlalu sombong, menguji batas kesabaran mereka. Ia tidak menaklukkan wilayah secara fisik, melainkan secara psikologis. Kehadirannya adalah deklarasi bahwa tidak ada satu pun ras yang sepenuhnya aman, tidak ada satu pun klan yang bisa mengklaim supremasi mutlak di hadapannya.
Pertarungan yang paling terkenal terjadi di Lembah Darah Kuno, sebuah wilayah yang diperebutkan oleh dua klan vampir terbesar dan paling brutal pada era itu: Klan Volkov yang dikenal karena kekuatan fisik mereka yang buas, dan Klan Sanguine yang terkenal karena kelicikan dan kemampuan sihir darah mereka. Ribuan vampir berkumpul untuk pertempuran besar, aroma darah segar memenuhi udara, janji kekuasaan mutlak di ambang mata.
Di tengah kekacauan pertempuran, saat kedua belah pihak saling menghancurkan, Sephiroth muncul. Ia tidak memilih sisi. Ia adalah kehancuran itu sendiri. Sayap hitamnya terentang anggun di balik punggungnya, Masamune berkilat perak di tangannya. Ia tidak berbicara, hanya mengeluarkan aura tekanan yang membuat para vampir terdiam sesaat. Lalu, ia bergerak.
Itu bukanlah pertarungan. Itu adalah seni pembantaian yang brutal dan mematikan. Sephiroth melesat seperti kilat, setiap ayunan Masamune memotong lusinan nyawa. Ia tidak menunjukkan emosi, tidak ada kemarahan, hanya efisiensi dingin dari seorang algojo. Kekuatan Materia-nya yang baru diasah muncul dalam bentuk gelombang energi yang merobek tanah, badai kegelapan yang melahap cahaya, dan ilusi yang membuat para vampir menyerang satu sama lain dalam ketakutan.
Darah membasahi tanah Lembah Darah Kuno. Jeritan kesakitan dan kengerian memenuhi udara. Baik Klan Volkov maupun Klan Sanguine hancur di bawah kekuatannya yang tak terhentikan. Ketika matahari mulai terbit, memancarkan cahaya redup di atas lembah, hanya Sephiroth yang berdiri tegak di antara lautan mayat, tubuhnya tanpa noda, matanya dingin.
Setelah kejadian itu, Lembah Darah Kuno dijuluki Lembah Kematian Abadi, sebuah monumen bisu bagi kekuasaan The One. Sejak hari itu, para vampir tidak lagi berani melakukan perang besar-besaran. Ketakutan akan kemunculan tiba-tiba The One Sang Pembantai membuat mereka lebih berhati-hati, lebih cenderung bersembunyi di balik bayangan.
Bahkan para Lycan yang paling primitif pun belajar untuk mengenal dan menghindarinya. Kawanan yang berani menantangnya lenyap tanpa jejak, meninggalkan legenda tentang "Jiwa Perak" yang berjalan di antara pepohonan dan membawa kehancuran. Mereka yang selamat dari pertemuannya akan menceritakan kisah tentang pedang panjang yang membelah gunung dan sayap hitam yang menelan cahaya bulan.
Sephiroth tidak mencari kekuasaan secara tradisional, dengan membangun benteng atau mengumpulkan pengikut. Kekuasaannya adalah teror murni. Ia adalah manifestasi kekuatan yang tidak bisa ditawar, tidak bisa dinegosiasikan. Ia adalah sebuah anomali, entitas yang tidak terikat pada hierarki ras mana pun, namun mampu menghancurkan semuanya.
Selama ratusan tahun pengembaraan ini, Sephiroth juga sesekali merasakan getaran dari kuil kuno tempat ia menemukan sarkofagus Raizel. Getaran itu kini lebih sering, lebih kuat. Ini adalah tanda bahwa tidur Raizel mulai terganggu, atau mungkin, ada kekuatan lain yang mendekati tempat suci itu. Para Noble mungkin merasakan ketidakseimbangan yang disebabkan oleh kehadirannya, meskipun mereka belum sepenuhnya memahami sumbernya.
Sephiroth tersenyum tipis. Ia telah menyebarkan benih ketakutan. Ia telah memperkenalkan dirinya pada dunia ini dengan cara yang tak terlupakan. Nama "The One Sang Pembantai" telah terukir dalam sejarah, bahkan sebelum sejarah itu sendiri ditulis secara formal. Sekarang, ia siap untuk langkah selanjutnya. Kekuatan dan reputasinya telah terbangun. Dunia telah belajar siapa dia.