Setelah krisis mereda, suasana di Watchtower Aethel Tech penuh dengan kelelahan, namun juga kelegaan dan kebanggaan. Saat para pahlawan berbagi laporan dan Elara memproses data sisa, Supergirl (Kara Zor-El) mengalami momen yang sangat pribadi dan mendalam.
Selama pertarungan, terutama saat berhadapan dengan ancaman psionik Doctor Psycho, Miss Martian telah menggunakan telepatinya untuk membantu memblokir gelombang ketakutan. Secara tidak sengaja, dalam upaya itu, Miss Martian juga menyentuh dan membangunkan lapisan memori yang terkunci jauh di alam bawah sadar Kara, yang telah tertekan sejak kapsul pelariannya dari Krypton.
Saat Elara dan Superman sedang mendiskusikan laporan, Kara mendekati mereka, wajahnya pucat. "Clark ... Elara..." suaranya bergetar. "Saya ... aku melihatnya."
Superman dan Elara menoleh, bingung.
"Aku melihat Zor-El," lanjut Kara, matanya berkaca-kaca. "Bukan hanya sekadar melihat. Aku mengingatnya."
Kara mulai bercerita. Ia ingat saat masih sangat kecil di Argo City, kota terapung yang merupakan bagian dari Krypton, sebelum kehancuran total planet itu. Ia sering menghabiskan waktu di laboratorium pamannya, Zor-El, yang merupakan seorang ilmuwan brilian dan juga seorang yang hangat dan penyayang. Ia ingat pamannya menunjukkan gadget-gadget aneh, berbicara tentang bintang-bintang, dan menggendongnya saat ia takut akan gempa bumi kecil yang sering terjadi di permukaan Krypton.
"Dia selalu punya senyum yang tenang," kata Kara, air mata mengalir di pipinya. "Dan cara dia menatapku ... seperti dia tahu semua rahasia alam semesta. Aku ingat dia sering memelukku dan bilang semuanya akan baik-baik saja."
Ia ingat saat Zor-El, dalam upayanya menyelamatkan Argo City, sering absen, sibuk dengan proyek-proyek rahasia. Ia ingat saat pamannya, dengan putus asa, memasukkannya ke kapsul pelarian yang ditujukan ke Bumi, sesaat sebelum kehancuran total.
"Perasaan familier yang kau rasakan pada Daniel..." Kara menatap Clark, air mata membasahi pipinya. "Itu karena dia benar-benar paman kita. Dia adalah Zor-El."
Clark menatap Kara, hatinya mencelos. Rasa kehilangan yang pernah ia rasakan terhadap Daniel, kini semakin diperkuat dengan pemahaman bahwa Kara, yang datang belakangan, ternyata memiliki kenangan yang hidup tentang paman mereka. Ia merengkuh Kara dalam pelukan, berbagi kesedihan dan kelegaan karena mereka kini memiliki seorang kerabat yang sama, meskipun itu adalah kenangan pahit tentang seseorang yang kini telah tiada di antara mereka.
Elara juga terharu. Mendengar kenangan Kara tentang ayahnya yang hangat dan penyayang dari perspektif Kryptonian, memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang sosok Daniel Vance yang penuh rahasia dan pengorbanan. Itu mengkonfirmasi bahwa Daniel bukan hanya ilmuwan dingin, tetapi juga pria dengan hati yang besar, yang mencintai keluarganya dan planet yang ia jadikan rumah.
Kini, warisan Daniel Vance tidak hanya hidup melalui Elara dan Aethel Tech, tetapi juga melalui kenangan hidup Supergirl dan pemahaman baru Superman. Kepergian Zor-El adalah kehilangan yang abadi, namun kisahnya kini menjadi fondasi yang lebih kuat bagi persatuan Liga, mengingatkan mereka bahwa ada lebih banyak hal di alam semesta ini daripada yang terlihat di permukaan.