Perjalanan Daniel Vance menembus titik nol waktu bukanlah seperti yang ia duga. Extant, sang dalang temporal, adalah entitas yang lebih kuno dan licik dari yang ia bayangkan. Begitu Daniel melangkah ke dalam pusaran yang seharusnya membawanya langsung ke sumber masalah, ia malah menemukan dirinya terlempar ke dalam labirin realitas yang terfragmentasi—sebuah null-space di luar ruang dan waktu normal, yang diciptakan oleh Extant untuk membingungkan dan memerangkap para pengganggu.
Daniel melayang di tengah ketiadaan, dikelilingi oleh ribuan "serpihan waktu" yang berkedip-kedip: sekilas dari Bumi prasejarah, gema kehancuran Krypton, fragmen dari masa depan yang tidak pernah terjadi, dan bahkan bayangan dari Multiverse yang musnah. Ini adalah jebakan temporal Extant, sebuah penjara yang dirancang untuk menguras kewarasan dan memecah belah jiwa.
Meskipun Daniel adalah seorang Kryptonian dengan pikiran yang tak tertandingi, bahkan ia mulai merasakan dampaknya. Ingatannya berkedip-kedip, garis antara masa lalu dan masa kini menjadi kabur. Ia melihat visi tentang putrinya, Elara, di masa depan yang tidak stabil; ia merasakan kembali kepedihan kehilangan keluarga di Krypton seolah baru terjadi kemarin. Extant tidak menyerang dengan kekuatan fisik, tetapi dengan memanipulasi realitas subyektif dan menggoyahkan pondasi identitasnya.
"Kau berani memasuki domainku, serangga waktu?" suara Extant menggelegar dari segala arah sekaligus, tanpa bentuk fisik yang jelas, sebuah suara yang terbuat dari keruntuhan waktu. "Kau akan menjadi fragmen lain dalam koleksiku. Terpecah, terlupakan."
Daniel berusaha untuk fokus, menggunakan pelatihan mental Kryptonian-nya untuk menahan serangan psikologis dan temporal. Ia mengaktifkan kemampuan sensorik Kryptonian-nya secara maksimal, mencoba menemukan "benang" yang menghubungkannya kembali ke realitas utama, atau, yang lebih penting, ke inti keberadaan Extant. Namun, setiap kali ia mengira menemukan jalur, realitas di sekelilingnya akan berputar, melemparkannya ke fragmen waktu lain yang acak. Ia adalah seorang pelaut yang tersesat di lautan waktu yang tak berujung, tanpa kompas.
Di tengah semua itu, sebuah gagasan aneh melintas di benaknya: "Apakah ini yang dirasakan Barry setiap kali ia kehilangan kendali?" Ironisnya, penderitaan The Flash kini memberinya secercah wawasan tentang kekacauan yang sedang ia alami.