WebNovels

Chapter 3 - Suara Gamelan di Ujung Gua Terlarang

Bab 3: Nama yang Sudah Dicatat

Langkah Tama terhenti.Gema suara perempuan tadi masih terpatri di langit-langit gua.

"Selamat datang… Tama."

Jantungnya berdegup tak karuan."Siapa di sana?" tanyanya, nyaris berteriak.Tak ada jawaban.Hanya gaung dari suaranya sendiri yang kembali… disusul alunan pelan gamelan yang berubah menjadi melodi duka.

Tama mencoba menyinari sekeliling gua.Dindingnya dipenuhi ukiran yang tak tercatat dalam naskah arkeologi mana pun: simbol spiral, matahari terbelah, dan bayangan sosok manusia bersujud pada semacam batu besar.

Di tanah, ia menemukan sesuatu yang membuatnya membeku:Foto dirinya sendiri.Usang. Terlipat. Tapi jelas—itu ia.Bersama tulisan tangan halus:"Tama, cucuku. Jangan masuk."Tertulis dalam aksara Jawa.

"Ini... gila," gumamnya.

Ia tak punya nenek dari daerah ini. Keluarganya semua urban. Tapi tulisan itu…...terasa begitu familiar.Seperti suara dalam mimpinya waktu kecil, yang sering memperingatkannya:"Aja nganti mlebu gua iku, Le..."

Tiba-tiba, dari kedalaman lorong, terdengar langkah kaki tanpa bayangan.

Dan sosok itu muncul.Seorang perempuan, mengenakan kebaya hitam, rambutnya panjang menjuntai menyentuh tanah, dan wajahnya tertutup selendang putih.

Namun langkahnya tidak menyentuh tanah. Ia melayang pelan.

"Tama… sudah waktunya kau tahu kenapa kau selalu gelisah setiap Suro datang.""Kenapa darahmu bergetar setiap mendengar gamelan.""Karena kau… bukan hanya tamu di sini."

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Tama, gemetar.

"Aku adalah penjaga suara.Dan kamu… adalah pewaris suara yang dulu pernah dikorbankan untuk menutup gua ini.Tapi sekarang… spiralnya terbuka lagi."

Perempuan itu mengangkat selendangnya.

Dan untuk sesaat, Tama melihat wajah yang sama seperti dirinya sendiri—tapi versi perempuan, tua, dan penuh kesedihan.

"Aku adalah kamu… yang tak pernah lahir."

Suara gamelan meledak keras.Dinding gua bergetar.Dan spiral merah menyala di lantai, menggulung kakinya.

"Pilih, Tama...Kau bisa keluar sekarang dan melupakan semuanya...Atau masuk lebih dalam, dan menemukan kebenaran tentang siapa dirimu… dan kenapa nyawamu dipanggil kembali ke sini."

Tama memejamkan mata.

"Aku akan masuk."

More Chapters