WebNovels

Chapter 3 - Hutan yang Hilang Secara Tiba-Tiba

Bab 3: Peta Rahasia dan Mereka yang Mengawasi

Dua hari setelah insiden itu, Arvan duduk di ruang kerjanya di kantor pusat Lembaga Penelitian Alam Nusantara. Di hadapannya terbentang salinan peta geologi, beberapa gambar satelit, dan… batu spiral yang kini disimpan dalam wadah logam khusus.

Ia belum menceritakan apa pun ke rekan-rekannya, hanya melaporkan bahwa "tanah di Blambangan mengalami retakan tidak biasa yang memunculkan vegetasi kembali secara cepat." Versi resminya.

Tapi di dalam dirinya, ia tahu: apa yang terjadi di sana bukan fenomena alam biasa.

Dan semakin aneh lagi, sejak ia kembali dari lokasi, ada mobil hitam tak dikenal yang sering parkir di ujung jalan rumahnya, dan beberapa email tak bernama mulai masuk ke inbox-nya.

Suatu malam, ia menemukan amplop terselip di bawah pintu.

Tanpa pengirim. Hanya berisi satu lembar kertas tua dengan simbol spiral yang sama seperti di batu, dan sebuah kalimat yang tertulis dalam tinta merah:

"Kau bukan satu-satunya. Hutan itu punya mata. Dan mereka semua kini tertuju padamu."

Di belakangnya, tertera koordinat: -7.0953, 110.4157 — lokasi yang jika dicek, berada di sebuah bukit kecil dekat perbatasan hutan Blambangan.

Esok harinya, Arvan nekat pergi ke lokasi tersebut. Ia mendaki bukit dengan peralatan minim, hanya membawa kompas, buku catatan, dan kamera kecil.

Setelah satu jam pendakian, ia tiba di sebuah gua kecil tersembunyi di balik tebing. Udara di sekitarnya terasa lebih dingin dari normal.

Di dalam gua, ia menemukan dinding batu yang dipenuhi lukisan kuno—lukisan pohon yang dicabut dari akarnya, manusia tanpa wajah, dan sosok spiral raksasa di langit.

Tapi yang paling mengejutkan...

Di tengah ruangan gua itu, ada foto.Foto berwarna.

Foto dirinya.Sedang berdiri di tempat kejadian dua hari lalu, memegang batu spiral—dari sudut yang tidak mungkin diambil manusia biasa.

"Arvan Laksamana?"

Suara berat memecah keheningan. Arvan menoleh cepat.

Dari bayangan lorong gua, muncul seorang pria tua berjubah kelabu, membawa tongkat dari akar tua yang terpilin.

"Akhirnya kau datang. Kami telah menunggumu."

Arvan mundur satu langkah. "Siapa kamu?"

Pria itu hanya tersenyum.

"Kami adalah Penjaga. Dan kamu… telah memanggil sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kamu sadari."

More Chapters