WebNovels

Chapter 9 - Eps9: Kekuatan yang Terbangun

Langit di atas Pegunungan Terselubung mendadak menggelap. Tak ada awan, tak ada angin. Hanya hening yang mencekam. Dari celah-celah bebatuan, hawa dingin menyebar, menusuk tulang. Zera memasang anak panah, Elira mengangkat tangan kanannya yang mulai bersinar.

"Dia datang," bisik Elira. "Penjaga lama gunung ini… tapi kini ia telah dirasuki oleh kegelapan."

Tiba-tiba, bumi berguncang. Tanah pecah, dan dari retakan itu muncul sesosok makhluk raksasa bertubuh batu dan bayangan. Matanya menyala merah darah, dan dari punggungnya tumbuh duri-duri hitam yang mengeluarkan kabut gelap.

"Gor'Dahn," gumam Zera. "Dulu dia pelindung alam. Sekarang… dia pembawa kehancuran."

Makhluk itu mengaum keras, menggetarkan langit dan membuat pepohonan di lereng gunung roboh seperti ranting kering.

Pertarungan Dimulai

Zera melesat cepat, anak panahnya menghantam dada Gor'Dahn, tapi tak membuat celah. Elira terbang rendah dengan sayap peraknya, mengalihkan perhatian monster itu. Abbas berdiri di tengah retakan tanah, hatinya berdebar hebat.

"Ayo, Abbas! Gunakan kekuatanmu!" teriak Elira.

Abbas mengangkat tongkat Solara. Tapi kali ini, tak ada cahaya yang keluar.

Keraguan.

Bayangan dari dalam kuil masih menghantui pikirannya: masa depan Elarion yang hancur, dirinya yang kembali sendirian. Apa semua ini sia-sia?

Tiba-tiba, Gor'Dahn menghantam tanah. Gelombang energi kegelapan menyapu ke segala arah. Zera terpental jauh, tubuhnya terhempas ke batu. Elira jatuh berlutut, darah menetes dari bibirnya.

Abbas berteriak. "Cukup!!"

Dan saat itu… sesuatu terbuka.

Transformasi Solara

Cahaya di dadanya menyala terang. Tapi kini, bukan hanya emas ada ungu dan biru menyatu, membentuk pola di kulitnya. Tongkatnya berubah, menjadi pedang besar bercahaya dengan bilah transparan.

Sayap cahaya muncul dari punggungnya bukan sayap seperti Elira, tapi sayap dari cahaya murni, tak berbentuk tetap, terus berubah, hidup.

Kaelus yang mengawasi dari kejauhan tersenyum kecil. "Itu… bentuk penuh Solara. Sayap Abadi."

Akhir Gor'Dahn

Abbas melesat ke udara, tubuhnya seperti kilat. Ia menebas lengan Gor'Dahn dalam satu tebasan, bayangan terbakar. Ia terbang tinggi, lalu turun menghujam seperti meteor, pedangnya menusuk tepat ke jantung kegelapan di dalam dada sang raksasa.

Gor'Dahn mengaum, tubuhnya mulai retak-retak, lalu meledak dalam ledakan cahaya besar.

Saat debu mengendap, Abbas berdiri di tengah kawah, nafasnya berat, tubuhnya berkilau samar.

Zera terbatuk pelan, "Wow… sekarang kau benar-benar bersinar."

Elira tersenyum lemah, lalu menatap Abbas lama. Dalam diamnya, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kekaguman—sebuah rasa yang perlahan tumbuh.

Akhir bab

"Dengan kekuatan itu," kata Elira pelan, "kau bukan lagi manusia biasa. Kau adalah cahaya yang mungkin… satu-satunya yang tersisa."

Abbas menatap langit. Di balik kabut, dia merasa ada sesuatu yang menantinya. Bukan hanya takdir, tapi pilihan dan cinta.

More Chapters