WebNovels

Chapter 23 - Kembali ke Sekolah, Kembali ke Jalan yang Lurus

Suatu pagi, seragam baru itu terasa aneh di badan. Sudah lama Rangga tidak mengenakan baju sekolah. Di depan cermin kecil di kamar asrama Yayasan, ia merapikan kerahnya. Di belakangnya, suara teman-temannya menggoda:

> "Wah, Bang Rangga balik jadi bocil sekolah nih!"

"Tenang aja, sekarang bocilnya keren dan bisa ngoding!"

Semua tertawa. Tapi di balik tawa itu, ada rasa haru. Siapa sangka anak jalanan yang dulu ngamen di ITC, tidur di warnet, kini duduk di kelas, belajar matematika, agama, dan komputer. Di dalam kelas, ia duduk paling depan. Bukan karena pamer, tapi karena ia tahu: sekarang waktunya serius.

Awalnya sulit. Pelajaran terasa asing, guru-guru banyak yang tak mengerti latar belakangnya. Tapi Rangga pantang menyerah. Ia minta bantu teman, bertanya tanpa malu, dan malam-malam belajar bareng di asrama.

Di satu sisi, ia tetap mengelola bengkel kecilnya di waktu luang. Di bawah bimbingan Abah, bengkel itu mulai dilengkapi alat-alat dasar. Ada jadwal piket. Ada pembukuan sederhana. Bahkan, Rangga dan teman-temannya belajar mempromosikan jasanya lewat media sosial.

Program pelatihan digital bersama Telin kembali digelar. Kali ini lebih mendalam: ada pelatihan Excel, desain media promosi, hingga bagaimana mengelola database pelanggan. Rangga menyimak dengan penuh antusias. Ia mencatat semua, bahkan merekam beberapa sesi agar bisa ditonton ulang.

Abah berkata,

> "Bengkel itu bukan cuma soal mesin, tapi soal kepercayaan. Dan digital bisa bantu kamu bangun kepercayaan itu."

Rangga mulai menerapkan ilmunya. Ia buat formulir online sederhana untuk booking servis. Ia bikin akun Instagram dan mulai unggah tips-tips perawatan motor. Beberapa teman mulai ikut bantu, dan bengkel Langkah Kecil jadi makin dikenal.

Bahkan, ada satu postingan yang viral:

> "Dari anak jalanan, jadi pemilik bengkel digital."

Komentar-komentar positif berdatangan. Banyak yang mendukung, beberapa bahkan minta belajar ke tempat Rangga.

Meski sudah sejauh ini, Rangga tetap dihantui kenangan masa lalu. Kadang, ia bermimpi sedang mengamen lagi, dikejar satpam, atau ditinggalkan teman-temannya. Tapi setiap kali itu datang, ia menulis di buku kecilnya:

> "Dulu, aku di jalanan. Tapi hari ini aku di jalan yang benar."

Ia belajar memaafkan masa lalu. Termasuk dirinya sendiri.

Setiap kali ada anak baru masuk yayasan, Rangga selalu jadi yang pertama menyambut. Ia tahu betul rasanya datang dengan luka. Tapi ia juga tahu betapa indahnya diberi harapan.

More Chapters