WebNovels

Chapter 3 - Chapter 3 Berlagak Seperti Berandalan

Bel istirahat terdengar!

Semua siswa berlarian bahagia keluar dari kelas mereka masing masing, tentu tujuan mereka tentunya adalah kantin sekolah.

Setelah menguras otak mereka dihari pertama sekolah ditahun ajaran baru ini, para siswa menuju kekantin untuk merilekskan pikiran mereka sejenak.

Lain halnya dengan Loid, dia tetap berada dikelas dengan wajah jelek.

"Bangsat, aku lupa bawa uang lagi!"

Kutuk Loid tak henti hentinya memaki dirinya sendiri atas kelalaiannya lupa membawa uang saku.

Mau tak mau Loid berdiam diri dikelas sendirian, masih ada Sean juga yang tidur tiduran dimeja belajarnya.

Loid mengusap wajahnya dengan gusar, jika dia terus berada dikelas ini bersama murid pendiam itu sama saja dia berada didekat orang gila yang tidak bisa diajak bicara.

"Ah masa bodoh!"

Loid akhirnya memilih keluar kelas meski tidak tahu harus kemana dia pergi.

"Woi mau ikut gak jalan jalan keliling sekolah?"

Ajak Loid pada Sean untuk mau menemaninya keluar kelas, setidaknya dia punya teman meski dia sangat pendiam.

"Gak!"

Sahut Sean singkat sambil tetap menenggelamkan wajahnya diatas meja, Sean tidak mengubris ajakan Loid mengajaknya keluar kelas.

"Baiklah, jaga kelas saja kau!'

"Bang!

Loid yang geram menendang meja Sean hingga termundur kebelakang, lalu Loid segera keluar kelas meninggalkan Sean yang terjungkal dilantai kelas.

"Aduh, jahat banget sih itu orang!"

Sean berdiri dengan susah payah setelah terjatuh kelantai, Sean kembali duduk dikursinya tidur malas malasan lagi.

Diluar kelas!

Melihat kedatangan Loid yang berjalan dikoridor kelas, melewati berbagai kelas lainnya. Bagi mereka yang sebelumnya tahu siswa baru itu berani menghadapi Ryoren, segera membukakan jalan baginya.

Tidak seperti siswa lain yang baru melihat siswa baru dengan gaya sok jagoan itu, bagaimana mereka tidak senang dengan siswa baru itu.

Dia berjalan dengan santai tak lupa kedua tangannya berada didalam saku celananya, ditambah wajahnya yang menjegkelkan tidak mau menghormati seniornya.

"Woi siapa yang mengizinkan anak kecil lewat disini?"

Salah satu siswa kelas XII B, mencegatnya dan berniat membullynya dihadapan banyak siswa lainnya.

Siswa kelas XII B itu sangat percaya diri merendahkan siswa baru itu, terlebih dia termasuk kakak kelas dihormati bagi kelas lainnya.

Beberapa siswa lain ikut mencibir anak yang malang itu, harus berhadapan dengan murid kelas tiga. Mereka merasa kasihan menatap siswa baru itu menjadi sasaran empuk aksi bullyngnya.

"Aku kasihan denganmu adik junior!"

Bisik siswa lainnya menatap iba kepada siswa baru itu, bahkan mereka mengambil uang receh dari saku mereka memberinya rasa iba terhadapnya.

Loid berdiri tenang dan dihadapannya seorang siswa kelas XII seperti hendak mencegatnya. Loid diam saja mengamati siapa siswa yang tak dikenalnya itu menghalangi langkah kakinya.

"Aku tak tahu siapa kau brengsek, tapi kau menghalangi jalanku!'...

Loid tak kalah meledeknya dengan umpatan kasar yang menjadi ciri khasnya.

"Brengsek? Beraninya kau tidak menghormatiku!"

"Sepertinya kau harus kujadikan bulan bulanan dihadapan banyak siswa lainnya!"...

Siswa kelas XII B itu mengangkat tangannya tinggi tinggi, sudah habis kesabarannya menghadapi siswa baru yang merasa jagoan itu.

"Tap! Tap! Tap!

Terdengar suara langkah kaki pelan yang mendekat.

"Jangan membuat keributan disini, Wen!'.

Suara seorang siswi dari kelas XI A, menghentikan aksi Wen hendak menggaplak siswa baru itu.

Wen sangat kesal karena dia mengenali wanita itu, Wen mengurungkan niatnya hendak memberi siswa baru pukulan mentahnya.

"Kau beruntung hari ini anak kecil, lain kali kepalamu akan kuinjak dengan kakiku sendiri...

Setelah memberinya ancaman, Wen meninggalkan tempat ini diikuti teman temannya.

"Kamu tidak apa kan?"

Wanita itu bertanya pada siswa baru yang hampir saja memasuki ruang UKS, Namun keberuntungan berpihak padanya. 

Dia datang tepat waktu sebelum murid nakal tadi menjadikannya bulan bulanan bahan bullyannya. 

"Ya, ' Sahut Loid singkat dan ingin hendak pergi dari sini.

"Apa aku boleh ikut?"

Siswi kakak kelas dari Loid ingin mengikuti kemana dia pergi, dia ingin mengenalnya lebih lanjut lagi.

"Hmm...

"Baiklah!"

Loid mempersilahkannya, Loid berjalan menuju taman sekolah yang dipenuhi hamparan bunga warna warni menghiasi taman sekolah.

Loid duduk dibawah pohon mangga yang teduh, Loid menatap taman dengan tatapan bingung lantaran ada seseorang yang duduk tepat disampignya.

"Jadi siapa kamu? Apa kamu siswa baru disekolah ini? '

"Bisa dibilang begitu!"

Balas Loid tak menoleh kearahnya.

"Siapa namamu?"

"Loid Willyson, kau bisa menyebutku tuan Loid!"

Loid memperkenalkan dirinya penuh kebanggaan, bagaimana tidak meski tubuhnya pendek darinya tapi dia salah satu murid berandalan.

Menghadapi murid lebih kuat darinya, tak ayal lebih besar dan tinggi darinya sudah menjadi makanan sehari harinya.

Itulah yang menjadikannya tidak takut menghadapi semua murid dikelas ini, karena semasa SMP dulu Loid hobi berkelahi bahkan sampai diancam dikeluarkan dari sekolahnya.

"Kenalkan namaku Gina Zealysra, senang bisa mengenalmu adik junior!"

Gina wanita cantik juga berasal dari orang kaya raya dikota Kyora, tak malu mengenalkan dirinya kepada adik kelas barunya.

Gina terkagum akan ketampanan Loid meski dia tidak seperti murid lainnya, mempunyai tubuh yang sempurna.

Entah mengapa hatinya terus menyebut namanya seolah tak bisa lepas dari sikapnya yang tenang saat berada diujung tanduk.

"Mengapa kau mengikutiku? Dimana teman temanmu?"...

Loid melihat sekeliling taman dan tidak menemukan dimana keberadaan teman Gina, pasti dia tersesat mencari temannya pikir Loid logis.

"Mereka ada dikantin, sedangkan aku mencari udara segar ditempat yang tenang eh tak sengaja kita bertemu!...

Gina beralasan ingin tenang dan menyendiri saja sejenak, tubuhnya terasa tidak nyaman jika berdiam diri dikantin sekolah.

"Alasan macam apa itu? Aneh sekali!...

Loid menggeleng kepalanya mendengar alasan konyol Gina.

"Aku tidak harus memintamu memercayaiku adik junior!"

Sahut Gina terkekeh lucu melihat Loid banyak bicara seperti anak ayam yang ditinggal ibunya.

"Adik? Junior? Panggilan apa lagi itu? Aku tidak ingin mendengar kata itu lagi bagi telingaku...

Loid merasa tidak nyaman dipanggil adik junior oleh Gina, Loid tidak mau namanya direndahkan dengan dalih peringkat kelas.

Gina mengangkat alisnya bingung dan aneh Loid yang tidak ingin dia panggil adik junior. Padahal dia memang adik kelas barunya yang baru sehari memakai seragam SMA sekolah ini.

Dengan ragu Gina menanyakan alasannya, Gina aneh saja karena Loid tidak mau dipanggil seperti teman sekelas lainnya yang menyebut adik kelas mereka sebagai adik junior.

"Kenapa?"

"Karena aku tidak suka disebut dengan nama lain selain namaku sendiri, "...

Jawab Loid santai sembari menyenderkan tubuhnya kepohon mangga yang rindang, Loid berteduh dari sinar matahari mulai menerangi tumbuh tumbuhan hiasan lainnya ditaman.

"Panggil saja aku Loid, tidak perlu basa basi mengikuti teman temanmu!...

Gina terdiam mendengar penuturan Loid tersebut, meski begitu Gina mengangguk mengerti. Dia tidak akan memanggilnya dengan namanya yakni Loid saja.

"Anu-

"Apakah aku bisa meminta nomor...

Bel terdengar nyaring, menandakan waktu istiahat telah habis.

"Aku pergi ke kelas dulu siapa namamu tadi? Ginta, Ginny, ah ya Gina?...

"Sampai nanti!"

Loid bergegas meninggalkan area taman sekolah, dia terburu buru kekelas takut terlambat apalagi dihukum oleh guru yang mengajar terkenal kejam.

"Yah gagal deh!'...

Gina menggerutu kesal karena bel masuk berbunyi, memutus harapannya meminta nomor heandphone Loid...

Gina berjalan mengikuti siswa lain berhamburan menuju kelas mereka masing masing. Dengan raut wajah kecewa Gina terus menggerutu lantaran dia gagal mendekati Loid.

"Heh Gina, ngapain jutek gitu? Terus dari mana aja kamu Gin?"

Sahabat baik Gina sejak kecil hingga satu sekolah bahkan satu kelas, Rara heran tak biasanya sahabatnya banyak diamnya.

Gina mendengus pelan, tidak menghiraukan Rara yang terus menanyai dia kenapa. Gina dan Rara tiba dikelas XI A, banyak teman sekelas lainnya juga sudah tiba dikelas.

"Gin Gina kamu kenapa sih kok cuek gitu?"

Rara mencoba menarik tangan sahabatnya namun Gina memberontak, lalu duduk dikursi tempat duduknya.

"Yakin tidak apa apa? Apa jangan jangan kamu...

Ucapan Rara terhenti, Rara tersenyum tipis menduga jika sahabatnya pastinya bertemu dengan laki laki lain namun dikecewakan seperti itu.

"Apa sih Rara, aku cuma gak enak badan aja!"

Bantah Gina cepat menghindari ejekan sahabatnya itu.

"Makanya Gina jadi wanita gak usah milah milih laki laki, lihat sendiri sekarang aku aja sudah punya pacar masa kamu belum?"

"Hihi!"

Rara terkekeh menertawakan Gina yang jomblo, Walaupun Gina merupakan wanita tercantik dikelas ini bahkan salah satu dari wanita tercantik disekolah ini.

Gina sering kali menolak banyak laki laki lain yang mencoba menggodanya, sebelum akhirnya mereka semua memilih menyerah mengejar cinta Gina.

"Awas kamu ya Rara, kena karma nanti meledek sahabat sendiri!'...

Apa yang diucapkan oleh Rara memanglah benar adanya, dia terlalu memilih laki laki yang sempurna untuknya.

Kini Gina sadar atas sikap angkuhnya dulu, kini dia diacuhkan bahkan terlihat asing bagi siswa lainnya.

Wanita yang terkenal cantik dulu disekolah kini menjadi wanita biasa saja bagi siswa lain. Gina merasa ini adalah karma kepadaya atas kesombongannya memiliki kelebihan yang berakhir diasingkan oleh mereka sendiri.

"Iya iya Gina, gitu aja marah!"

Rara berhenti tertawa dan duduk ditempat duduknya, membiarkan sahabatnya melamun berdiam diri sejak tadi.

"Kok aku baru kali ini ya kepikiran terus sama Loid? Padahal masih banyak yang lebih sempurna darinya?"

Gina menenggelamkan kepalanya diatas tangannya, menatap diam kedepan papan tulis.

Entah mengapa sejak bertemu dengan Loid, dia merasakan jantungnya terus berdetak kencang juga hatinya terus memikirkannya.

Padahal Loid siswa baru di SMA ini, Loid bahkan adik kelas yang jauh lebih rendah darinya. Tapi mengapa dirinya seolah tak bisa berhenti memikirkannya.

Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama bertemu?

"Tidak, tidak mungkin! Mana mungkin aku menyukai Loid?"...

Gina geleng geleng kepala membayangkan dia benaran suka pada Loid. Masih banyak laki laki yang lebih baik dan sempurna darinya, pikir Gina mencoba untuk tidak memikirkannya.

More Chapters