WebNovels

Chapter 7 - Azab Pencuri Kotak Amal

BAB 7 – Hari Terakhir

Hari ketujuh.

Langit desa tertutup mendung kelabu. Udara pengap, angin dingin tak bergerak.Seakan-akan seluruh alam menahan napas… menunggu sesuatu.

Faisal terbaring lemah di atas tikar, tubuhnya tak bergerak.Mata tertutup. Napas tipis. Suara detak jantungnya bahkan nyaris tak terdengar.

Warga menemukannya pagi itu dengan mata terbuka membeku, seperti menatap sesuatu yang tak bisa dilihat manusia biasa. Tapi ketika disentuh… ia hidup.

Setengah hidup.

Malam tiba. Malam ketujuh.

Faisal masih dalam keadaan koma. Tapi di dalam kepalanya, ia terbangun di tempat asing.

Ia berdiri di tengah padang pasir hitam yang luas.Langit merah membara. Di kejauhan, terdengar jeritan manusia.Dan di sekelilingnya, bayangan-bayangan bergerak cepat seperti makhluk buas.

"Apa ini… neraka?"

Tiba-tiba, dari balik asap, sosok berjubah putih kotor mendekat.Wajahnya gelap tak terlihat. Tapi suaranya… sangat jelas.

"Faisal. Hari ini takdirmu ditentukan. Kau telah menyentuh milik akhirat. Dosa itu sudah tumbuh dalam darahmu."

"Tapi… Tuhan masih memberimu satu pilihan."

Faisal menangis. Ia berlutut.

"Aku ingin bertobat… aku tidak tahu kalau semua ini akan terjadi…""Aku hanya ingin makan… aku lapar waktu itu… aku—"

"Alasan tak akan menyelamatkanmu. Tapi pengorbanan… mungkin bisa."

Di hadapan Faisal, muncul dua jalan.

Jalan pertama — terang, tapi di ujungnya, sosok Faisal yang lain berdiri sambil tersenyum licik. Versi dirinya yang mencuri, yang menyesatkan, yang tidak pernah menyesal.

Jalan kedua — gelap dan penuh duri. Tapi di ujungnya, terlihat tangan tua seorang lelaki — ayah angkatnya — mengulurkan tangan dengan doa.

"Jika kau ingin lepas dari ini semua, kembalikan nyawamu yang bukan milikmu.""Serahkan… dirimu."

Faisal berdiri. Ia memilih jalan kedua.

Langkahnya berat, kaki terluka oleh batu dan duri. Tapi ia terus berjalan.Luka menganga di kakinya. Darah menetes. Tapi wajahnya… penuh keyakinan.

Dan ketika ia mencapai ujung jalan…

Ia bersujud.Tangisnya pecah.

"Ya Allah… ambil aku… tapi bersihkan aku… jangan biarkan aku jadi bagian dari mereka…""Ampuni aku…"

Cahaya putih menyilaukan memenuhi seluruh pandangan.Dan suara terakhir yang ia dengar adalah:

"Tobatmu diterima… tapi harga dosamu tetap harus dibayar."

Faisal membuka mata.

Ia sudah tidak di tikar. Tidak pula di rumah.Tapi… di dalam liang kubur.

Tangannya terikat kafan.Di atasnya, samar-samar terdengar suara azan subuh.

"Astaghfirullah… aku dikubur hidup-hidup…?"

Tidak. Ia menyadari sesuatu:Ia tidak mati. Tapi ia juga… tidak lagi benar-benar hidup.

EPILOG:

Beberapa hari kemudian, warga desa menemukan makam baru di belakang masjid.Makam itu tidak pernah dibuatkan tahlilan. Tidak ada nama. Tidak ada yang mengaku menggali atau mengubur.

Tapi anehnya…

Setiap malam Jumat, terdengar suara tangisan lirih dari dalam tanah.

Dan di masjid, kotak amal itu tetap diletakkan di tempatnya.Tapi kini ada ukiran kecil di sisinya:

"Harta yang diambil bukan haknya, akan jadi warisan kutukan."

TAMAT

More Chapters