BAB 1 — Kutukan dan Takdir
Langit kerajaan Avellia diselimuti kabut ungu saat lonceng istana berdentang untuk ke-100 kalinya. Di ruang tengah, di atas ranjang kerajaan berlapis sutra emas, tertidur seorang gadis dengan wajah damai — Putri Amara, satu-satunya pewaris takhta.
"Tidur seratus tahun… atau sampai cinta sejati membangunkannya," bisik penyihir tua sebelum menghilang ke balik kabut kutukan. Sejak malam itu, waktu di Avellia seolah berhenti. Alam menyembunyikan istana di balik hutan berduri dan kabut abadi.
Namun legenda tak pernah benar-benar mati. Seratus tahun kemudian, seorang pemuda misterius bernama Kael — petualang dari dunia luar — tak sengaja menemukan reruntuhan kerajaan dalam misinya mencari artefak sihir.
Kael bukan pangeran. Ia hanya pencuri sihir dengan masa lalu kelam. Tapi saat ia menyentuh tangan sang putri yang tertidur, cahaya menyilaukan memancar, dan detik itu pula… Amara membuka mata.