Bab 1: Namamu di Antara Doaku
Matahari sore mulai turun ketika Naira duduk di teras mushola kecil, menutup Al-Qur'an yang baru saja ia khatamkan. Ia menarik napas pelan, lalu menatap langit jingga seolah menyimpan harapan.
Di kejauhan, langkah kaki menyapa.
"Masih di sini?" suara itu familiar. Tenang. Hangat.
Liam berdiri di balik pagar kayu, mengenakan kemeja lusuh dan celana kerja lapangan. Sejak proyek sosial untuk membangun rumah warga pasca banjir dua bulan lalu, Liam dan Naira jadi sering bersama—bukan dalam kebersamaan biasa, tapi dalam diam-diam yang dalam.