Kerumunan murid berkumpul memadati Colosseum … semua tempat dipenuhi oleh penonton yang sudah tidak sabar mendapatkan hiburan.
Sieba menghampiri Free "Oyy Kecoa!" sindir Sieba dengan nada keras.
Free hanya menoleh pelan,
(Kecoa? Aku? Aku yang dipanggil kecoa tadi kan? Muak juga liat ni bocah … liat aja nanti, akan ku buat muntah darah) kata Free dalam hati merasa kesal. "Ada apa Anjing?" balas Free yang tersenyum, keningnya mengkerut kesal.
Sieba menarik baju Free
"Anjing? Siapa yang kau panggil Anjing, Hah!" nada nya meninggi.
"Hah? Siapa yang kau panggil Kecoa!" Nada Free menyamai Sieba.
Keduanya saling bertatapan, dari kejauhan aura jengkel mereka terlihat jelas oleh orang-orang. Mata Free menusuk tajam ke arah Sieba, "Lepaskan, Anjing! Kau merusak pakaian ku, Anjing!"
Sieba masih menatap Free dengan muka jengkel nya. Tangannya mulai melepaskan pakaian Free. Muka Free merasa kesal dengan perilaku Sieba yang makin menjadi-jadi. "Aku ingin membahas aturan duel. Biasanya duel akan dinyatakan selesai ketika salah satu peserta kalah atau menyerah, tentu duel ini juga akan selesai jika kau kalah atau menyerah." ejeknya Sieba.
"Iya iya, Anjing memang suka menggonggong. Bagaimana kalau duel ini kita bertarung bebas? Saat ini aku hanya bisa menggunakan kutukan dan mengandalkan fisikku saja." Saran yang diberikan Free sama-sama menguntungkan kedua belah pihak tanpa mendapat kerugian.
Sieba yang ahli dalam ilmu pedang, sihir dan bela diri menyetujui sarannya, "Kalau begitu sampai jumpa di arena nanti, Kecoa. Akan ku akhiri duel ini dengan cepat."
Sieba tersenyum sombong kepada Free seolah dia yakin kalau dirinya akan memenangkan duel ini dengan mudah, Sieba juga tidak bersabar lagi untuk mempermalukan dan menyiksa Free.
Akan tetapi, Free menanggapinya dengan membalas senyum yang memandang rendah Sieba. Suasana sekitar mereka penuh tekanan luar biasa. Dalam ketegangan itu, keduanya pergi ke arena.
"Free!!"
Suara yang memanggil nama nya dengan keras.
Free menoleh mencari sumber suara itu, di kejauhan dari tempat penonton, teman-temannya melambaikan tangan.
Seria mendekap tangannya di dada, dengan mata yang penuh harap,
"Berhati-hatilah dan beri yang terbaikk, kembalilah dengan kemenangan!"
"Kami percaya kepadamu Free! Cuma kau yang bisa melakukannya." Sahut Hedra.
Gil Mengepalkan tangan lalu mengangkatnya dengan penuh semangat dan percaya,
"Semangat kawan!! Menangkan pertandinganmu ini! Kami mendukungmu ... jadi keluarkan segala yang kau punya!!"
Free terkejut dengan apa yang sudah mereka katakan. Seakan ia selama ini belum pernah merasa disemangati. Free menutup mata, menggenggam erat tangannya, "Dasar mereka … seenaknya saja, tapi tidak ada pilihan lain … akan aku menangkan karena aku percaya kalau aku akan menang!" Gumamnya yang penuh tekad. Mata Free bersinar mengkilap.
"Orang bodoh yang masih tidak tau perbedaan kekuatan membuatku jengkel saja. Hedra … dia juga akan aku hukum. Kau sudah cukup merasa semangat? Akan ku beri waktu untuk kau berpelukan manis dengan mereka sebelum ku siksa. Aku sedang berbaik hati, tidak ada kesempatan lagi, ayo." Cetus Sieba.
Free berjalan menuju arena dengan santai dan tenang. Tidak menghiraukan kata-kata dari Sieba, "Heh, aksi mu tidak sebanyak bunyimu, kurasa mungkin aku harus memberimu pelajaran untuk belajar berdiam."
"Bagaimana kalau kita mulai saja?" Potong Sieba yang masih tersenyum.
"Aku memang menunggu itu" jawab Free singkat.
Alat Sihir Astral Projektion diaktifkan, alat ini menyebarkan duel mereka ke berbagai tempat sehingga orang-orang yang tak berada di Colosseum juga dapat menonton. Semua orang yang menonton bersorak-sorai. Gemuruh suara nya memenuhi seisi kota di Kerajaan Jurga. Wasit memasuki arena dan berdiri di antara mereka berdua. Dengan isyarat wasit, duel antara kedua belah pihak akan segera dimulai,
"Sebelum memulaikan duel ini, silahkan menyebut nama kalian masing-masing" ucap wasit yang bersedia memulaikan duel.
"Sieba brì Jurga"
"Free…."
Dan … duel dimulai.
Sieba memulai dengan menggunakan sihir tingkat menengah "Lightning Strike!!" Sebuah serangan berbasis sihir elemen petir yang menyambar ke arah Free, tak meninggalkan celah untuk dia menghindar.
Akan tetapi, Free tidak terlihat panik justru dia sangat tenang. Dengan waktu yang singkat, ia mengucapkan kata-kata kutukannya "Petir adalah sumber kekuatanku" seketika Lightning Strike yang harusnya melukai Free justru memperkuat dirinya.
"A-apa itu!?" Sieba tercengang tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Free tersenyum lebar, menatap rendah Sieba,
"Ayo, mana siksaan yang kau katakan itu!? Apa itu cuma bualanmu saja?"
"Apa itu benar kekuatan kutukan? Terserahlah, tapi kau hanya beruntung bisa menghadapi seranganku," Sieba berdiri tegak, memantapkan mentalnya "Mulai sekarang aku akan serius!" Tegas Sieba, mata nya penuh dengan kebencian.
Sieba mulai bergerak cepat menyerang Free, begitu pula dengan Free membalas Sieba. Mereka saling bertarung, dentuman sihir dimana-mana, energi mana yang dilepaskan menyebar kemana-mana, setiap serangan dibalas serangan. Sihir dibalas kutukan, semua serangan mereka berdua membuat medan arena hancur.
Suara sorakan terus terdengar dari awal mulainya duel ini.
"Ice quild! Fireball streak! Wind Storm!" teriakan Sieba yang tak henti menyerang Free.
Free menepis dan membalas setiap sihirnya "Curse Impact! Curse Impact! Semua serangan tidak mengarah kepadaku, Flip Banish!"
Hampir semua sihir telah digunakan Sieba. "Flame Swirl!!!" Teriak Sieba, Free membalas dengan "Reverse Mirror" yang membuat sihir Sieba memantul ke arahnya.
Bummm....
Dentuman terakhir dari sihir Sieba. Sihirnya bukannya mengarah ke Free tetapi malah kembali lagi kepadanya. Sieba mengalami luka bakar, tetapi dengan mana yang tersisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan nya.
Sieba merasa kesal karena tidak dapat memberi serangan telak kepada Free. "Selalu saja tidak kena, ada apa sebenarnya!?" Keluh Sieba.
Free berjalan-jalan ke tengah hendak mendekatinya, Sieba mencoba memukul Free dengan ilmu bela diri yang ia kuasai. Free membalasnya, suara tepukan dan pukulan terdengar dari pertarungan mereka berdua. Pertarungan beralih menjadi duel fisik. Sieba menendang Free yang membuatnya jatuh terpental.
Dalam kesempatan ini ia mengepalkan tangannya dan memukul Free.
Free terkena pukulan terus menerus, dan beberapa kali terbanting olehnya. Ia mulai terpojok, seharusnya … awalnya bisa saja Free menggunakan kutukan untuk langsung mengalahkan Sieba, tetapi ia tidak melakukannya karena mencoba untuk tidak mempermalukan Sieba karena bisa berdampak buruk terhadap anggota keluarga kerajaan Jurga.
Free kesusahan bertahan, terutama dia tidak bisa menggunakan kutukannya. Walau dia mau pun, itu akan sulit dilakukan karena Free kesusahan menyusun kata kutukan untuk memperkuat fisiknya.
"Bagaimana hah!? Rasakan siksaan dari ku!! Bagaimana!!! Rasakan penghinaan yang sudah kau lakukan kepadaku!" teriak Sieba yang penuh amarah.
Free yang terpojok hanya bisa berdiam bertahan saja, karena ia mencoba untuk bertahan lebih lama sampai Sieba kelelahan … tetapi itu bergantung kepada kondisi keduanya, jika Free yang duluan kehabisan tenaga maka kemenangan untuk Sieba, dan begitu pula sebaliknya.
"Kenapa? Hanya bertahan saja? Lemah sekali, cobalah melawan! Kemenangan sudah pasti diraih olehku!" Sieba terus memukul dan melontarkan kalimat yang sama.
Sekilas Free mengingat teman-temannya, "Kemenangan? Benar juga … mereka sedang menungguku kembali dengan membawa kemenangan. Tidak ada alasan bagiku untuk mengalah! Akan ku menangkan!" tegas Free dalam hati. Ia memantapkan mentalnya,
Free mengucapkan kalimat kutukan dalam pikirannya,
Flip Banish ...
Sieba terpental terkena serangan dari pukulan nya sendiri.
"A-apa itu!? Bukannya kau sudah tidak bisa lagi menggunakan kekuatanmu?" Tanya Sieba yang kaget keheranan.
Free melihat Sieba dengan mata yang tajam, tekanan Free begitu berat.
"Tidak bisa lagi? Siapa yang mengatakannya? Lagipula kemenangan ku itu mutlak…." Nadanya rendah.
"Apa maksudmu! Jelas kau hampir kalah tadi," Sieba masih tidak percaya. Dia yang awalnya mengira sudah menang merasa sangat terguncang.
Free tersenyum lebar, "Yah kau tidak salah, memang benar aku hampir kalah … tetapi cuma hampir. Aku membiarkanmu memukulku, bisa dibilang aku cuma memberimu kesempatan bernafas dan kau sudah bangga setinggi langit, sungguh bodoh dan naif sekali Hahahahah!" Jawab Free dengan tertawa mengejek Sieba.
"Sudah puas memukulku? Kalau begitu giliranku ...." Tambah Free.
Sieba merangkak mundur menjauhi Free "Mustahil! Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Sieba ketakutan.
"Apa yang ingin kulakukan? Jelas saja membalas perlakuanmu dasar bodoh" Free mengepalkan tangannya dengan sangat erat, perasaan yang sudah dia pendam meluap-luap.
Sieba menggeram, tangannya menepuk dada nya,
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku akan tetap bertahan dan meraih kemenanganku … jika aku kalah, posisi ku bisa terancam!"
Free mengerutkan alisnya,
"Hah...? Baru sekarang kau memikirkannya? Dari awal kau memang sudah kalah tau, dan kau baru memikirkan akibatnya? Tadi saja ku suruh berbaikan dengan adikmu tetapi kau malah menolak karena hanya memikirkan statusmu saja … sekarang siapa yang akan menolongmu, aku penasaran."
"Apa yang kau katakan? Kau cuma membual saja, aku tidak sudi berbaikan dengan adik seperti dia." Jawab Sieba yang keras kepala.
Free tersenyum tipis melihat Sieba,
"Bodoh sekali, kau ingat apa yang kukatakan sebelum duel dimulai? Aku akan menang karena aku percaya pada kemenanganku. Kau ingat?" nada Free sedikit meninggi yang didengar oleh penonton.
"Itu cuma omong kosong yang kau katakan sebelum mulai" Pekik Sieba tersenyum sombong berlebihan.
"Sepertinya kau masih tidak mengerti …Yang kukatakan itu bukan bualan, tetapi itu adalah kekuatanku yang kugunakan. Kemenanganku sudah dipastikan, apapun yang terjadi tidak akan pernah merubah situasi kita sekarang" Free mencoba menjelaskan kepada Sieba yang dari tadi masih keras kepala.
Sieba menganga lebar seakan tak percaya hal itu benar terjadi.
"A-apa? Tidak mungkin ada kekuatan seperti itu, walau jika itu kutukan, aku tidak pernah mendengar kutukan sekuat itu!"
Free menggaruk kepalanya,
"Kau benar, aku juga tidak mengerti kekuatanku ini apa. Aku tidak bisa menggunakan sihir, padahal aku memiliki mana, tetapi yang bisa kulakukan hanya seperti ini" tambah Free menjelaskan kepada Sieba.
Sieba kembali berdiri, seragamnya dipenuhi debu dan robekan kecil.
"Aku tidak percaya, Hell Fire!!"
Sieba yang putus asa menggunakan sihir terakhir nya.
Hell Fire adalah salah satu sihir elemen api tingkat paling tinggi yang sangat kuat. Dan sihir itu sekarang menerjang ke arah Free.
"Percuma saja, Ecounter...."
Serangan yang membuat sihir Hell Fire milik Sieba menjadi partikel-partikel kecil lalu lenyap.
Orang-orang yang melihat itu terdiam kagum. Sihir paling tinggi dilenyapkan dengan sangat mudah yang membuat mereka bergumam takjub.
Melihat serangan terakhir nya berhasil dikalahkan, Sieba berlutut menghadap tanah. Dirinya bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa aku bisa kalah dari nya?" lirih Sieba. Pertanyaan itu terus muncul dalam diri nya.
Free berjalan mendekati Sieba ….
"Bagaimana? Masih ingin dilanjutkan?" tanya Free yang masih memandang rendah Pangeran Sieba.
"A—a—aku menyerah...." Nada Sieba pelan.
Semua penonton terdiam. Mereka baru saja melihat duel yang belum pernah dilihat sebelumnya. Suasana menjadi hening, "WOHHHH!!!!" teriak para penonton setelah keheningan sesaat.
Wasit menghampiri Free lalu mengumumkan kemenangannya,
"Pemenangnya … Free!!!"
Suara sorakan ramai terdengar setelah duel dinyatakan selesai, semua murid dan orang-orang di kota yang menonton berteriak dengan kencang. Ada yang mendukung Free, tetapi ada juga yang mengecam Free karena telah melakukan kejahatan berupa melukai keluarga kerajaan. Sieba meninggalkan arena tanpa mengatakan apapun.
Free kembali ke teman-temannya yang sedang menunggunya. Teman-temannya diam sembari melihat Free.
Free tersenyum hangat,
"Aku kembali ..." nadanya lembut.
"Selamat datang kembali!!" Teriak teman-teman nya serentak...
Free menepuk dadanya, wajahnya menyeringai tersenyum miring
"Bagaimana? Aku berhasil menang…."
Gil menepuk pundak Free,
"Aku dari awal memang percaya kalau kau pasti menang"
Seria menghela nafas,
"Kau membuat khawatir saja, syukurlah kau masih hidup … seharusnya aku tidak perlu khawatir."
Hedra ikut tersenyum, "Tetapi syukurlah kau menang Free, tadi itu benar-benar menegangkan. Sekali lagi, selamat atas kemenanganmu"
Gil menatap Hedra, wajahnya terlihat gelisah,
"Sekarang bagaimana? Semua orang melihat duel tadi. Pasti kau akan terkena masalah, Hedra…." Gumam Gil khawatir.
"Tenang saja, aku tidak apa … yang terpenting masalah disini sudah selesai" senyum Hedra.
Free nyengir seraya memegang dagu, "Baiklah! Karena aku sudah berhasil menang, bagaimana kalau kalian mentraktirku?"
Seria menyilangkan tangan dan membuang muka,
"Aku tidak ikut, lagipula aku tidak ada kaitannya dengan duelmu"
Gil dan Hedra yang melihatnya terdiam, dengan muka datar mereka memandang Seria.
"Heh~ Padahal dia yang paling semangat mendukung nya…." lirih Gil dan Hedra.
"Apa yang kalian katakan!?" Bentak Seria, nadanya tinggi.
"Tidak ada" jawab mereka serentak.
"Aku yakin sekali kalian mengatakan sesuatu!" Ucap Seria memojokkan mereka berdua.
"Sudah dibilang tidak ada!!" Gil dan Hedra terus mengelak.
"Heh, begitu ya …" suara bernada berat mengisi pikiran Free, sesaat Free merasakan dirinya berada di ruangan hampa.
"Free...?" Lirih Seria yang khawatir.
Gil menepuk pundak Free, "Ada apa?" nada nya rendah, Gil ikut mengkhawatirkan Free.
Dia menggelengkan kepala lalu tersenyum,
"Ah tidak ada, ayo kita kembali" jawab Free yang melupakan suara tadi.
Mereka kembali ke akademi. Pertandingan duel antara Pangeran Sieba dengan Free berakhir dengan kemenangan Free.
Di Perjalanan kembali ke akademi, Gil tidak berhenti membicarakan duel tadi, Hedra mengikutinya tetapi Seria tampak terusik melihat kelakuan mereka berdua.
Free berjalan dibelakang mengikuti langkah kaki mereka. Ia menatap teman-temannya dengan suasana yang hangat,
(Kurasa ini lebih baik…) Gumam Free dalam hati.
Free berlari menghampiri mereka lalu menyalip dengan cepat "AYO!!"
"Tu—tunggu!!" Teriak Seria seraya mengulurkan tangannya.
Gil tertawa kegirangan, berlari menyusul Free.
"Beraninya kau meninggalkan ku...."
Mereka berlari ke akademi, suara tawa mereka terdengar. Awal yang membuat suasana tegang, menjadi lebih damai dan bebas. Hari ini Free berhasil membuat dirinya diakui. Dia juga mungkin berhasil menutupi kekurangannya yang tidak bisa menggunakan sihir … hari-hari mereka terus berlanjut ….
Dari balik jendela akademi Crenia, sesosok misterius tersenyum sinis memandang kota Jurga yang dipenuhi suara tawa….
To be Continued…
