WebNovels

Chapter 45 - Bab 46 (Alkein-Ruhosi)

Bab 46 – Menempa Ikatan dengan Gema Penyeimbang

Pagi-pagi sekali, setelah sarapan buah-buahan yang menurut Ruhosi "tetap kurang nendang tanpa ada unsur dagingnya," ia, Elara, dan Lyris berkumpul di sebuah lapangan latihan tersembunyi yang dikelilingi pepohonan perak tinggi. Ini adalah tempat yang biasa digunakan para prajurit Sylvarian untuk mengasah kemampuan mereka, namun hari ini, tempat itu khusus disediakan untuk Ruhosi. Udara terasa sejuk dan tenang, namun ada energi antisipasi yang bergetar di antara mereka.

Gema Penyeimbang tergeletak di atas sebuah batu datar, masih dalam bentuk batang logam dengan permata berwarna-warni. Ruhosi memandanginya dengan campuran antara semangat dan sedikit gugup. Kemarin, ia merasakan kekuatan luar biasa dari artefak ini, tapi juga peringatan akan bahaya.

"Jadi… bagaimana cara kerja benda keren ini, Tante Lyris?" tanya Ruhosi, menggaruk kepalanya. "Apa aku tinggal bilang 'Abrakadabra, jadi pedang super!' gitu?"

Lyris tersenyum lembut. "Gema Penyeimbang bukanlah senjata sihir biasa yang merespons mantra sederhana, Ruhosi. Ia adalah perpanjangan dari jiwamu, konduktor bagi Aura Senjamu. Ia akan merespons niat, fokus, dan keseimbangan energimu."

Ia melanjutkan, "Langkah pertama adalah membangun ikatan. Peganglah ia. Rasakan energinya, dan biarkan ia merasakan energimu. Jangan paksa, biarkan mengalir."

Ruhosi mengambil Gema Penyeimbang. Rasanya dingin pada sentuhan awal, namun saat ia memfokuskan diri, mengingat sensasi 'tarian energi' di dalam dirinya, batang logam itu mulai terasa hangat. Permata-permata di gagangnya berkedip lembut.

"Sekarang, coba bayangkan sebuah bentuk," kata Lyris. "Bentuk senjata yang paling kau kuasai atau paling kau butuhkan saat ini. Visualisasikan dengan jelas, dan salurkan niatmu melalui Aura Senjamu ke dalam Gema."

Ruhosi memejamkan mata. Ia pertama kali membayangkan tombak kesayangannya, tapi jauh lebih kuat dan keren. Perlahan, batang logam di tangannya mulai bergetar dan memanjang. Ujungnya meruncing, membentuk mata tombak dari kristal energi yang berkilauan, sementara gagangnya menyesuaikan diri dengan genggamannya. Warna aura campuran hitam dan putih keemasan mengalir di sepanjang senjata itu.

"Berhasil!" seru Ruhosi, membuka matanya dan mengagumi tombak barunya. "Ini lebih ringan dari tombak tulangku, tapi rasanya… wuih, mantap!"

Elara bertepuk tangan pelan, matanya berbinar. "Hebat, Ruhosi!"

"Sekarang coba bentuk lain," kata Lyris. "Mungkin sesuatu untuk pertahanan."

Ruhosi nyengir. "Pertahanan ya? Oke!" Ia mencoba membayangkan perisai raksasa super tebal yang bisa menahan serangan naga. Gema Penyeimbang bergetar hebat, bentuknya berubah-ubah tak menentu—kadang jadi gepeng kayak penggorengan, kadang malah meliuk-liuk seperti ular logam.

"Waduh, kok jadi aneh gini?" keluh Ruhosi, hampir kehilangan keseimbangan karena bentuk Gema yang tidak stabil.

Lyris terkekeh. "Fokusmu terlalu liar, Ruhosi. Bayangkan bentuk yang lebih sederhana dan fungsional dulu. Perisai bundar kecil, mungkin?"

Dengan sedikit susah payah dan beberapa kali gagal (Gema Penyeimbang sempat berubah menjadi sesuatu yang mirip payung penyok), Ruhosi akhirnya berhasil membentuk perisai bundar kecil yang kokoh, memancarkan energi pelindung.

Latihan berlanjut. Ruhosi mencoba berbagai bentuk—belati kembar yang lincah, cambuk energi yang fleksibel, bahkan sempat iseng mencoba membentuk palu raksasa (yang langsung membuatnya terjengkang karena terlalu berat dan energinya belum cukup stabil). Elara sesekali memberikan semangat atau menahan tawa melihat tingkah polah Ruhosi, sementara Lyris dengan sabar terus membimbing.

"Selain bentuk," jelas Lyris kemudian, "Gema Penyeimbang juga bisa menyalurkan aspek-aspek berbeda dari Aura Senjamu. Lihat permata-permata di gagangnya. Masing-masing mewakili esensi energi berbeda—api, air, angin, tanah, cahaya, bayangan, dan kehidupan. Cobalah fokus pada salah satu, dan rasakan bagaimana Gema merespons."

Ruhosi mencoba fokus pada energi api, membayangkan bara Kurcaci yang diceritakan Lyris. Permata merah di gagang Gema Penyeimbang (yang kini berbentuk tombak lagi) bersinar lebih terang, dan mata tombak kristalnya diselimuti lidah-lidah api energi yang panas.

"Panas! Panas!" seru Ruhosi, sedikit kaget namun juga senang.

Kemudian ia mencoba energi angin Naga. Permata biru bersinar, dan tombaknya terasa lebih ringan, mengeluarkan hembusan angin kecil setiap kali ia ayunkan. Ia bahkan berhasil membuat Elara tertawa terbahak-bahak saat ia tanpa sengaja meniup rambut pink perak Elara hingga berantakan seperti sarang burung.

Namun, saat ia mencoba menyalurkan energi bayangan, Gema Penyeimbang bergetar tidak enak. Aura hitam pekat menyelimuti tombak itu, dan Ruhosi merasakan sisi gelap dalam dirinya sedikit bergejolak lebih kuat, membuatnya merasa sedikit pusing dan marah tanpa alasan.

"Ruhosi, kendalikan!" seru Lyris tegas.

Elara, melihat Ruhosi mulai kehilangan kontrol, segera mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Ruhosi. Cahaya murni yang hangat mengalir dari telapak tangannya. "Tenang, Ruhosi. Ingat Luthien. Ingat keseimbangan."

Sentuhan dan cahaya Elara seolah menjadi jangkar. Ruhosi menarik napas dalam-dalam, mencoba kembali pada sensasi 'tarian energi'. Perlahan, aura hitam pekat di tombaknya mereda, kembali menjadi campuran yang lebih seimbang.

"Hampir saja…" kata Ruhosi, napasnya sedikit terengah. "Energi gelap ini… masih susah banget dikendalikan."

"Itu wajar, Ruhosi," hibur Lyris. "Keseimbangan bukanlah sesuatu yang statis, tapi proses yang terus menerus. Kau akan semakin mahir seiring waktu." Ia menatap Elara dengan senyum penuh arti. "Dan sepertinya, kehadiran Elara juga sangat membantumu menemukan harmoni itu."

Elara tersipu, namun ia juga merasa senang bisa membantu. Liontinnya sendiri terasa hangat, seolah ikut beresonansi dengan upaya mereka.

Menjelang sore, Tetua Elarael datang mengunjungi mereka di lapangan latihan. Ia mengamati kemajuan Ruhosi dengan senyum puas.

"Kau belajar dengan cepat, Nak," kata Tetua Elarael. "Namun, untuk benar-benar memahami potensi penuh Gema Penyeimbang dan warisan Luthien, ada satu tempat yang energinya paling selaras… Ruang Gema Sylvarian."

Mata Ruhosi dan Elara berbinar.

"Ruang Gema akan menguji dan mengajarimu dengan caranya sendiri," lanjut Tetua Elarael. "Jika ia mengizinkanmu masuk kembali, dan jika kau siap, di sanalah kau akan menempa ikatan terdalam dengan Gema Penyeimbang."

Ruhosi mencengkeram Gema Penyeimbang yang kini kembali pada bentuk batang logam. Peringatan merah samar sempat berkedip lagi sesaat dari salah satu permata, mengingatkannya akan ancaman yang masih ada. Tapi kini, ia merasa sedikit lebih siap. Ia memiliki senjata, ia memiliki teman, dan ia memiliki tujuan yang semakin jelas.

"Kapan kita mulai, Nenek Tetua?" tanya Ruhosi, semangat petualangannya berkobar.

Latihan di Lumina'val akan segera memasuki tahap yang lebih mendalam dan penuh tantangan.

More Chapters