WebNovels

Chapter 27 - Bab 29 (Alkein-Ruhosi)

Bab 29 – Benang Merah Takdir dan Warisan Luthien

Ruhosi menatap Tetua Elarael, lalu melirik Elara yang berdiri di sampingnya, wajah gadis itu menunjukkan campuran antara rasa ingin tahu dan sedikit ketegangan. Benang pink keperakan di Lensa Kabutnya (yang hanya bisa ia lihat) kembali berdenyut. Perasaan aneh bahwa ia berada di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, mulai merayapinya.

"Sesuatu yang istimewa, Nenek Tetua?" ulang Ruhosi, kekonyolannya sedikit mereda di hadapan wibawa sang pemimpin Elf. "Apa jangan-jangan aku ini pangeran hilang yang suka makan permen kapas?"

Tetua Elarael tersenyum tipis, senyum yang seolah menyimpan kebijaksanaan ribuan tahun. "Mungkin bukan pangeran permen kapas, Nak. Tapi kau memang membawa sesuatu yang sangat langka. Aura Senja yang berdenyut dalam dirimu… perpaduan antara kegelapan dan cahaya, itu adalah ciri khas dari garis keturunan yang hampir terlupakan."

Ia berhenti sejenak, matanya menatap jauh ke masa lalu. "Dahulu kala, ada seorang Sylvarian yang memiliki jiwa sepertimu. Seorang petualang, pencari kebenaran, yang berani melangkah keluar dari zona nyaman Lumina'val untuk memahami dunia dalam segala kompleksitasnya. Ia percaya bahwa keseimbangan sejati tidak ditemukan dengan menolak salah satu sisi, melainkan dengan memahaminya. Namanya Luthien."

Saat nama Luthien disebut, Penala Jiwa yang baru saja Ruhosi terima dari Tetua Elarael bergetar samar di lehernya. Ruhosi merasakan sensasi aneh, seperti dejavu yang sangat kuat.

"Luthien…" gumam Elara, matanya membelalak. "Bukankah itu nama yang ada di catatan-catatan kuno terlarang? Yang dianggap sebagai… pemberontak?"

Tetua Elarael mengangguk. "Bagi sebagian orang yang berpikiran sempit, ya. Tapi bagi mereka yang memahami kebijaksanaannya, Luthien adalah seorang visioner. Ia adalah salah satu dari sedikit Sylvarian yang berani mengakui dan bahkan mencoba memahami sisi 'gelap' dari energi kehidupan, bukan untuk tunduk padanya, tapi untuk menemukan harmoni."

Ia kembali menatap Ruhosi. "Kau, Nak, memiliki resonansi yang kuat dengan semangat Luthien. Mungkin… kau adalah keturunannya."

Ruhosi terdiam. Keturunan Elf? Ia teringat visi samar tentang ibunya yang berjubah gelap dan ayahnya yang dikelilingi aura cahaya dan kegelapan. Ia juga ingat bahwa ibunya adalah blasteran.

"Ibuku…" kata Ruhosi pelan, lebih pada dirinya sendiri. "Kata Ras Bayangan yang merawatku, dia… dia dibuang karena darahnya. Bapanya blasteran ras cahaya dan kegelapan, ibunya… ibunya itu blasteran manusia dan… dan setengah elf." Kalimat terakhir itu keluar begitu saja, seolah ingatan yang lama terpendam tiba-tiba muncul ke permukaan, mungkin dipicu oleh energi Lumina'val atau pengungkapan tentang Luthien. Ia sendiri sedikit terkejut telah mengingat detail itu.

Wajah Tetua Elarael dan Lyris (yang berdiri tak jauh dari sana) menunjukkan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. Keterangan Ruhosi tentang ibunya yang setengah elf dan ayahnya yang blasteran cahaya dan kegelapan, sangat cocok dengan garis keturunan Luthien yang memang diketahui menikah dengan seorang manusia yang memiliki darah campuran dari ras cahaya dan kegelapan, sebuah pernikahan yang pada masanya dianggap tabu dan menjadi salah satu alasan mengapa Luthien dan keturunannya "menghilang" dari catatan resmi Sylvarian.

"Darah Sylvarian dari garis Luthien, mengalir dalam dirimu melalui ibumu…" bisik Tetua Elarael, matanya kini menatap Ruhosi dengan sorot yang baru, penuh dengan pemahaman dan sedikit kesedihan. "Dan darah cahaya serta kegelapan dari ayahmu… Sungguh perpaduan yang luar biasa, dan juga… berbahaya."

Ia melanjutkan, "Bintang Kembar Merah yang muncul bersamaan dengan pertemuan kalian bukanlah kebetulan. Itu adalah penanda takdir. Ramalan kuno kami menyebutkan bahwa ketika bintang itu bersinar, jiwa-jiwa yang membawa benang merah keseimbangan akan dipertemukan. Kalian berdua, Ruhosi dan Elara, dengan darah campuran kalian yang unik—kau dengan perpaduan cahaya, kegelapan, manusia, dan Sylvarian; dan Elara dengan perpaduan cahaya dan manusia—kalian adalah bagian dari takdir itu."

"Jadi… kami ini semacam tim superhero gitu ya, Nek?" tanya Ruhosi, mencoba mencerna semua informasi baru ini dengan caranya sendiri. "Terus, musuhnya siapa? Apa si Vorgash itu termasuk?"

"Vorgash dan Tuannya, 'Dia yang Menginginkan Kehampaan', adalah ancaman nyata bagi keseimbangan Alkein," jawab Tetua Elarael tegas. "Mereka mencari Kunci-Kunci Alkein untuk tujuan yang gelap. Dan kini, dengan kebangkitan Bintang Kembar Merah dan pertemuan kalian, mereka mungkin akan semakin agresif."

Ia menatap Ruhosi dan Elara bergantian. "Untuk saat ini, aku ingin kalian berdua berada di Lumina'val. Di sini, kalian bisa belajar lebih banyak tentang diri kalian, tentang warisan kalian, dan tentang bagaimana mengendalikan kekuatan unik kalian. Ruhosi, kau akan mempelajari jejak Luthien. Elara, kau akan terus mengasah Cahaya Murnimu dan memahami peranmu dalam takdir ini."

"Lumina'val akan menjadi tempat perlindungan dan tempat belajarmu untuk sementara waktu, Ruhosi," pungkas Tetua Elarael. "Ada banyak rahasia kuno di lembah ini yang mungkin bisa membantumu memahami siapa dirimu sebenarnya, dan mengapa takdir membawamu ke sini, pada saat ini."

Ruhosi merasakan campuran antara bingung, antusias, dan sedikit… takut. Tapi rasa takut itu cepat tergantikan oleh semangat petualangannya. Belajar dari Elf? Tinggal di tempat seindah ini? Dan mungkin menemukan jawaban tentang dirinya dan Kunci-Kunci Alkein? Ini jelas lebih seru daripada hanya dikejar-kejar monster di hutan!

"Oke deh, Nenek Tetua Elf yang Bijak!" seru Ruhosi dengan senyum lebar. "Selama ada makanan enak dan hal seru buat dilakuin, aku sih ayo aja!"

Elara tersenyum lega. Ia merasa ini adalah awal dari sesuatu yang sangat penting. Di bawah tatapan Bintang Kembar Merah, benang takdir mereka mulai terjalin semakin erat.

More Chapters