WebNovels

Chapter 2 - Ch 2

Dunia ini, hari di mana aku terseret ke dunia lain (isekai).

Gerbang—atau yang biasa disebut Gate di novel-novel Hunter—terbuka.

Seolah ada manusia terpilih yang diberi misi melindungi dunia dari ancaman itu, muncullah para Awakened yang membangkitkan kekuatan super.

Dan di dunia seperti itu.

Aku mungkin termasuk Awakened dengan kemampuan terkuat.

Hanya saja, karena aku sudah mengalami berbagai macam hal di dunia lain, aku sangat tidak suka kemampuanku diketahui publik. Jadi, aku berusaha sebisa mungkin menyembunyikannya.

Aku cuma ingin hidup tenang.

Jadi, sejak kembali ke dunia modern, aku hidup setenang mungkin tanpa membuat masalah, meski selalu penasaran.

Kenapa dunia tidak pernah membiarkanku tenang?

Tentu saja, aku tidak pernah menemukan jawabannya.

Bagaimanapun, sudah 5 tahun berlalu sejak aku kembali ke dunia modern dalam tubuh wanita ini. Dan sekarang, aku sedang berjalan dengan terpaksa untuk menghancurkan dungeon setelah diusir dari rumah.

"Haaah, benar-benar deh."

Kepala Jin-wook terasa berdenyut.

Jika ditanya siapa penyebabnya, dia bisa menjawab dengan sangat yakin.

Gara-gara wanita yang baru saja dia usir keluar rumah itu, kepalanya sakit dan akhir-akhir ini dia jadi sering menghela napas.

Tadi saja, padahal bilangnya tidak mau keluar, tapi melihat dia berusaha menyelipkan tangan di celah pintu yang terbuka sedikit itu, entah kenapa kepala Jin-wook jadi sakit sendiri.

[ Berita selanjutnya. Sudah 3 bulan jumlah Gate tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan, namun jumlah Awakened baru menurun drastis akhir-akhir ini, memicu kekhawatiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pemerintah mengumumkan kebijakan untuk meminta para Awakened yang belum terdaftar sebagai Hunter dan menjalani kehidupan biasa untuk berpartisipasi dalam kegiatan Hunter..... ]

Dia mematikan televisi setelah sekilas melihat berita yang muncul saat sedang mengganti-ganti saluran dengan tatapan kosong.

Para Hunter terus berguguran di dalam dungeon, jadi jika jumlah Awakened baru berkurang, itu sama saja dengan berkurangnya jumlah total Hunter.

Siapa sih yang tidak tahu itu?

"Ah, telepon lagi."

Jin-wook yang sedang duduk memijat keningnya, mendengus kesal melihat ponselnya bergetar.

Yoo Ha-young.

Nama seorang petugas malang yang mungkin akan mengalami kebotakan dini gara-gara mengurus parasit di rumahku yang hobinya jadi pengangguran (NEET), padahal sudah terdaftar sebagai Hunter karena termakan bujuk rayu Asosiasi.

Tentu saja, karena si parasit itu selalu mengabaikan panggilan tugas, petugas itu jadi terus menelepon Jin-wook. Sampai-sampai melihat tiga suku kata nama itu saja sudah membuat Jin-wook kesal.

"Halo."

[ I, itu, Jin-wook-ssi.... Apa Hunter Hwang Eun-ha ada di rumah? ]

"Dia barusan saya usir dari rumah, jadi silakan dipahami saja. Saya tutup teleponnya."

Dia dengan dingin mengabaikan suara Yoo Ha-young yang memanggil namanya dengan putus asa di seberang sana, lalu menekan tombol akhiri panggilan dengan santai.

Seseorang bernama Hwang Eun-ha.

Meski dia parasit, dia tetap perempuan. Apa aku terlalu kejam mengusirnya begitu saja?

'Ah, biarin aja. Dia sesekali harus ngerasain diusir. Lagian emang bakal ada apa-apa?'

Namun, segera dia menggelengkan kepalanya.

Perempuan apanya.

Setiap kali melihat teman yang dulunya laki-laki itu bicara seolah-olah dia perempuan tulen, rasa kesal di dalam diri Jin-wook selalu muncul.

Orang-orang yang tidak tahu aslinya mungkin akan terpikat melihat tingkahnya itu....

'Duh, beneran nggak apa-apa nih aku usir?'

Memikirkan berbagai kemungkinan, Jin-wook mengacak-acak rambutnya frustrasi, lalu buru-buru memakai pakaian luar.

Dia memang mengusirnya karena tidak tahan melihat Eun-ha bermalas-malasan di rumah sepulang dia kuliah.

Tapi begitu sudah diusir, dia malah khawatir kalau-kalau Eun-ha kabur ke tempat aneh. Jin-wook benar-benar tidak bisa diam di rumah.

"Jahat banget."

Aku meniup-niup jariku yang tadi terjepit pintu sambil menghela napas.

Bukan, semenyebalkan apa pun kelakuanku di rumah...

Bagaimana bisa dia tega mengusirku yang sekarang berwujud perempuan ini keluar rumah begitu saja?

Kalau di luar ada orang jahat yang menyergapku dan terjadi apa-apa, memangnya dia mau tanggung jawab?

"Ah, iya."

Sambil menggerutu hal-hal yang tidak masuk akal, aku teringat ada ponsel di saku jaket padding-ku dan buru-buru menyalakannya.

Dia bilang bawa bukti absensi kampus atau selesaikan dungeon, pilih salah satu.

Dengan penampilanku yang cuma pakai long padding dan celana training begini, aku tidak punya nyali buat ke kampus.

Jadi, aku berpikir mending selesaikan dungeon gampang saja lalu pulang.

'Apaan nih. Baterainya tinggal 10 persen?'

Melihat sisa baterai yang sekarat, aku buru-buru membuka aplikasi Hunter dan asal menekan tombol partisipasi untuk dungeon terdekat mana pun.

Tentu saja, asal masuk party tanpa melihat syarat adalah tindakan yang harus dihindari.

Tapi kalau aku sibuk pilih-pilih dan ponselnya keburu mati, aku benar-benar tidak bakal bisa pulang ke rumah. Jadi apa boleh buat.

"Eh?"

Dan apakah pilihanku itu benar?

Ponselku mati total dalam sekejap, seolah angka 10 persen tadi cuma hiasan.

Apa ada eror di indikator baterainya ya....

"Haaah."

Aku menghela napas kecil, lalu melangkahkan kaki menuju lokasi dungeon yang tadi sempat kulihat di peta.

Tunggu sebentar.

Apa aku bawa kartu lisensi Hunter?

Hmm, kalau nggak ada kartu Hunter, nggak bisa masuk dungeon, kan?

'Argh, beneran deh. Kenapa bisa lupa minta dompet....'

Teringat kalau tidak ada dompet di saku, dan kesal dengan rentetan kesialan yang terjadi tiba-tiba, aku mengacak-acak rambutku frustrasi.

"Anjir lah."

Mau pulang pun percuma, Jin-wook pasti tidak akan membukakan pintu....

'Kalau kepepet, nanti pinjam telepon buat hubungi Yoo Ha-young aja lah.'

Aku menghela napas lagi dan melanjutkan langkah menuju dungeon.

Kalau tidak ada kartu Hunter, ya tinggal tunjukkan kemampuan saja, pasti nggak ada yang protes.

"Berhenti. Ini area kemunculan Dungeon, selain Hunter dilarang ma....."

"Hunter Kelas S Hwang Eun-ha."

Sesuai dugaan, seorang tentara yang bertugas menjaga area dungeon bersama Asosiasi Hunter menghadangku.

Namun, aku mengangkat dua truk di belakang para tentara itu tanpa menyentuhnya, lalu menatap mereka dengan tatapan, 'Masih mau larang aku masuk?'

"Hu, Hunter Hwang Eun-ha. Tapi tetap saja kalau tidak ada kartu lisensi....."

"Woi, kalau kelamaan debat terus terjadi Dungeon Break, situ mau tanggung jawab?"

"I, itu....."

"Minggir dan diam. Kalau nggak, truk-truk itu bakal kubalik dan kutancapkan ke tanah."

Aku ingin cepat pulang.

Melihat tentara yang menghalangiku, aku sedikit mengancam sambil memamerkan truk yang melayang terbalik di udara.

Kedua tentara itu pun memasang wajah pasrah dan akhirnya membukakan jalan untukku.

"Makasih udah minggir."

Aku menurunkan truk-truk itu perlahan agar tidak rusak, mengucapkan terima kasih, lalu berjalan menuju anggota party yang sedang menatap ke arahku dengan bengong, entah apa rank mereka.

"Halo, para anggota party. Saya Hunter Kelas S, Hwang Eun-ha."

Para anggota party tidak bisa menutup mulut mereka melihat aksi gila wanita berambut hitam yang hanya mengenakan long padding asal-asalan di depan mata mereka.

Dia merobek lantai gua, merakitnya sesuka hati menjadi peluru, lalu melemparkannya untuk menghancurkan area depan.

Monster tipe serangga yang cukup merepotkan didorong begitu saja dengan kekuatannya seperti sedang menepis debu.

Lalu puing-puing batu di tanah diterbangkan seperti peluru shotgun, mengubah serangga-serangga itu menjadi adonan daging.

"Ketua party. Kita yang rank-nya rendah ini harus ngapain?"

"Kita nggak berguna di sini, mending makan popcorn aja."

Setahu mereka, pengguna kekuatan telekinesis (Psychokinesis) biasanya bertindak sebagai penyerang pendukung dengan menggunakan benda sekitar sebagai senjata.

Mereka dikenal sebagai Hunter tipe penyihir yang masuk kategori penyerang.

Namun, karena jumlahnya sedikit, biasanya kemampuan mengangkat truk 1 ton saja sudah dianggap Kelas B. Penjelasannya selalu: penggunaannya tak terbatas, tapi jumlahnya sedikit dan batas kekuatannya tidak terlalu tinggi.

Tapi pemandangan di depan mata ini apa?

Wanita bernama Hwang Eun-ha itu jelas memperkenalkan diri sebagai pengguna telekinesis.

Berarti semua kehancuran di depan mata ini dilakukan dengan telekinesis yang menghancurkan dungeon itu sendiri.

"Tapi, beneran nggak ada yang tahu wanita itu? Katanya Kelas S."

"Jangan-jangan dia bohong?"

"Entahlah. Tapi negara nggak mungkin membiarkan orang sekuat itu berkeliaran bebas tanpa diawasi, kan."

"I, iya juga sih."

Cara Hwang Eun-ha menghancurkan dungeon lebih pantas disebut seperti Hunter tipe petarung fisik yang menghancurkan segala hal yang menghalanginya.

Jejak kehancuran dan mayat monster yang berserakan di seluruh gua benar-benar hancur lebur.

Seolah dia sedang melampiaskan stres pada monster-monster itu.

Para anggota party, yang sudah melihat berbagai hal selama menjadi Hunter, kini merasa terintimidasi oleh keagungan wanita itu yang menghancurkan segalanya jauh melampaui apa yang pernah mereka lihat.

"Permisi?"

Saat mereka sedang bengong berdiskusi apakah pengguna telekinesis memang sekuat itu, atau seberapa kuat seseorang harusnya untuk bisa menghancurkan dungeon seperti ini, suara sang pelaku utama membuat mereka tersentak.

Mereka kira dia akan bicara setelah menghancurkan seluruh dungeon seperti orang kesurupan.

"Ketua party?"

"Ah, iya iya!"

"Batu sihir (Mana Stone) nggak usah dibagi ke saya, urus saja sendiri. Tapi tolong bonus uang clear dungeon-nya dibagi rata ke rekening saya. Paham kan?"

Bagaimanapun, mereka tidak bisa mengabaikan kata-kata orang yang sudah memberi mereka tumpangan gratis ('bus') tanpa harus melakukan apa-apa.

Ketua party mengangkat kepala dan baru sadar kalau mereka sudah sampai di ruang Bos.

Dia dan anggota lainnya yang mengekor di belakang Hwang Eun-ha hanya bisa memasang wajah hampa mendengar permintaannya.

"Ba, baik. Akan kami lakukan."

"Terus monster ini, tusuk aja dua-tiga kali pasti mati. Kalau nggak ditusuk juga sebentar lagi mati sendiri, jadi pengambilannya yah... terserah mau cepat atau gimana, atur aja."

"Eh? Anda nggak mau finishing?"

"Itu, saya ada urusan mendesak. Jadi tolong ya."

Mengingat monster yang muncul sebelumnya adalah tipe serangga, mereka mengira Bos dungeon kali ini juga akan tangguh.

Tapi Bos yang dikira sulit itu sudah jadi bubur, sekarat dan siap mati hanya dengan beberapa tusukan pisau.

Yoo Ha-young gelisah bukan main.

Tumben-tumbenan Hwang Eun-ha, yang biasanya tidak bergerak meski dipanggil tugas, mengajukan permohonan clear dungeon.

Masalahnya bukan itu, tapi kabar bahwa wanita yang paling malas gerak itu turun tangan sendiri entah bagaimana caranya.

Padahal dia tinggal jauh dari lokasi kejadian.

Yoo Ha-young khawatir jangan-jangan terjadi sesuatu di dalam dungeon.

Meski Hwang Eun-ha adalah Hunter bermasalah yang selalu mengabaikan panggilan Asosiasi dan hanya terdaftar tanpa aktivitas, kemampuannya sangat kuat. Sebagai salah satu dari sedikit Hunter Kelas S di negara ini, dia adalah aset yang tidak boleh hilang sia-sia.

"Hu, Hunter-nim?"

"Kenapa."

"An, Anda baik-baik saja?"

"Ya baik lah. Kenapa, takut saya kenapa-napa?"

Tentu saja Yoo Ha-young memasang wajah bengong melihatku keluar tanpa setitik debu pun menempel di baju.

Aku memiringkan kepala melihat ekspresi aneh Yoo Ha-young.

"Ah, bukan, bukan begitu, cuma khawatir saja."

"Apaan, nggak biasanya khawatirin aku? Yah, nggak buruk sih."

Aku tersenyum tipis sambil berkata begitu, lalu melewatinya.

Sekarang ponselku mati jadi aku tidak bisa mengecek, tapi karena aku sudah menghancurkan satu dungeon utuh, harusnya mereka tidak akan protes untuk sementar—

"Eh? Jin-wook?"

Benar kata pepatah, umur panjang orang yang dibicarakan.

Dari kejauhan, terlihat Jin-wook berjalan tertatih-tatih sambil terengah, "Hah, hah, cepet banget jalannya...."

"Woi, disuruh ke kampus malah beneran ngancurin dungeon? Padahal tadi cuma asal ngomong doang!"

"I, ih, epasin uluh (I, ih, lepasin dulu)....."

"Udah dibilang kalau nggak mau bahaya jangan aneh-aneh, hm? Kenapa sih nggak pernah nurut."

Sementara kedua pipiku ditarik-tarik oleh Jin-wook.

Di belakang, para anggota party keluar dengan wajah bengong sambil menyeret bungkusan batu sihir dan menyerahkannya pada petugas Asosiasi, "I, ini....."

Entah apa yang terjadi di dalam sana.

Setelah mengomel sebentar, Jin-wook melepaskan pipiku dan memutar tubuhnya.

"Ayo."

"Hah? Ke mana?"

"Ke mana lagi, kamu nggak mau absen? Nanti kena peringatan akademik beneran lho."

"Toh universitas itu nggak nerima aku karena nilai. Mereka nerima aku lewat jalur khusus cuma buat promosi doang."

"Tapi kan mumpung udah masuk, rajin dikit kenapa sih."

Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil memegang ujung lengan baju Jin-wook dengan ujung jari.

Anak ini, pasti dia nggak sadar aku lagi pakai baju apa sekarang.

"Kenapa."

"Ganti baju dulu....."

"Kamu tuh kalau udah masuk rumah pasti malas keluar lagi, kan."

"Enggak kok, pasti keluar."

"Halah, udah berapa kali aku ketipu?"

Sepertinya Jin-wook sama sekali tidak berniat masuk ke rumah.

Aku menghela napas dan sempat berpikir mau pakai telekinesis buat pulang paksa.

Tapi rasanya tidak benar menggunakan kekuatan ke teman sendiri cuma gara-gara dia tidak menuruti mauku, jadi aku urungkan.

"Tapi, kamu udah mandi kan?"

"Bacot lu. Tadi kamu yang nyeret aku keluar, sekarang ngomong gitu?"

"Uwekk, jorok."

"Beneran mau mati ya? Mau dipukul Hunter Kelas S?"

Begitulah, entah kenapa akhirnya kami tetap menuju ke rumah, tapi Jin-wook menyuruhku mandi dan pakai baju asal saja. Jadi terpaksa aku keluar cuma pakai celana jeans dan hoodie.

Padahal di lemari masih banyak baju bagus yang dibelikan orang rumah tapi belum pernah kupakai karena malas.

"Eh, tapi arah ke kampus emang lewat sini?"

"Kenapa."

"Rasanya arahnya aneh deh."

Tapi Jin-wook hanya mengangkat bahu menanggapi pertanyaanku.

Tanpa mendapat jawaban, aku diseret oleh temanku menuju tempat yang—kalau aku yang biasa pasti sangat malas ke sini—yaitu Rodeo Street dekat kampus.

Jalanan yang penuh dengan toko baju yang tidak akan pernah kumasuki.

More Chapters