WebNovels

Chapter 4 - 05 BENIH BENIH CINTA

Rumah Erlan,

Sejak pulang sekolah ia tidak berhenti untuk memikirkan Maura. Bahkan, pikirannya saat ini hanya terbayang-bayang wajah Maura yang imut, gemesin, sering-kali menggoda dirinya dan ia membayangkan itu semua.

Aneh memang, tapi itu lah kenyataannya.

"Ini Maura nggak ada niatan untuk ngirim pesan sama gue apa? Biasanya hampir tiap detik ngasih gombalan kenapa sekarang sepi kayak kuburan? Dia lagi baik-baik aja nggak sih? Kok tadi mukanya kayak khawatir banget?" Gumam Erlan sambil bertanya pada dirinya sendiri.

Dia bingung kenapa bisa perhatian seperti ini dengan Maura? Dan kenapa seolah-olah dia merasakan kehilang, apa memang dirinya sudah mencintai Maura?

"Argh! Tidak-tidak. Apa salahnya peduli sesama teman? Iya, teman bukan yang lainnya." lirihnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sementara di lain sisi, Maura sedang menatap Mamanya dengan sendu. Saat ini Mamanya sedang berbaring lemah dan sampai saat ini Papanya juga tidak kelihatan. Kemana Papanya pergi?

Sedangkan Bang Gio? Dia sedang menebus obat dan pembayaran Mama karena disuruh untuk menginap di Rumah sakit selama tiga hari agar Mamanya benar-benar pulih.

"Mah, Mamah kenapa bisa sampai seperti ini? Mama ada masalah atau pikiran yang membuat Mama menjadi Sampai kayak gini?" gumamnya dengan lirih. Sedangkan Mamanya? Dia masih setia untuk menutup mata dengan napas yang teratur.

Ceklek.

"Semuanya sudah beres. Jangan khawatir Mama cuma tidur," ucap Bang Gio yang kini sudah berada di samping Maura.

Dirinya tampak merangkul sang adik sambil mengangguk untuk meyakinkan adiknya. Ia tahu kalau saat ini pasti Maura sedang khawatir dan takut kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada Mamanya.

"Kenapa bisa sampai seperti ini? Papa juga kemana dari tadi nggak kelihatan? Emangnya dia nggak tahu kalau istrinya sedang dirawat di Rumah sakit?" Maura bertanya sambil menatap Gio dengan tatapan penasaran. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada keluarganya?

"Kamu nggak harus tahu, kamu itu masih—"

"Masih anak kecil? Maura sudah kelas dua belas. Dan, sudah seharusnya kalian berkata jujur tanpa harus mentupi-nutupi seperti ini kesannya kayak Maura nggak dianggap!" Maura langsung memotong perkataan Abangnya begitu saja.

Gio memang selalu berkata 'kamu masih anak kecil' kenapa memangnya kalau Maura ingin mengetahui masalah dalam keluarganya? Maura bukan anak kecil lagi! Dia sudah mengerti, dia juga sudah dewasa.

"Kamu yakin akan kuat?" jawab Gio. Dia hanya khawatir kalau adiknya akan kepikiran dan menjadi sekolah nya yang bermasalah.

Maura yang mendengar langsung mengangguk dengan cepat. Mau gimana pun kenyataannya dia harus menerima itu semua karena,. Dirinya sendiri lah yang ingin tahu.

Gio tampak menghela napas dengan kasar sebelum menjawab pertanyaan dari Adiknya. "Papa selingkuh."

Selingkuh? Cinta pertamanya selingkuh? Maura langsung terdiam setelah mendengar ucapan dari Abangnya. Inikah yang dinamakan kenyataan pahit?

"Udah aku bilang kalau kamu nggak akan sanggup Maura! Lihat sekarang? Sebaiknya memang kalau kamu nggak usah tahu biar Abang yang urus ini semua. Kamu cukup fokus dengan ujian sekolah yang sebentar lagi akan—"

"Tolong jelasin semua! Tanpa ada yang ditutup-tutupi." Lagi-lagi ia memotong perkataan Gio. Dia memang harus mengetahui kenyataan pahit ini, mau gimana pun dia harus menerimanya bukan?

"Semalam ada yang menghubungi Mama dengan nomor asing dia mengatakan melihat Papa ada di hotel dengan wanita lain. Disaat itu Mama masih mencoba tegar dan langsung menuju hotel setelahnya memang benar Papa selingkuh dan mereka lagi berhubungan badan dan, yang mengejutkannya lagi adalah Papa dan wanita itu sudah menikah sirih. Mama disitu shock dan langsung pingsan, jantung-nya kumat dan untung saja pihak hotel menghubungkan Abang."

Tes, tes.

Air mata sudah banjir. Ia sudah dikecawakan oleh cinta pertamanya.

"Tolong dek, jangan bahas-bahas tentang Papa atau menanyakannya pada Mama."

Maura mengangguk. Dia tahu pasti yang dijalani Mama berat sekali. Istri siapa yang menerima suaminya menikah siri dibelakangnya?

Siapapun pasti tidak kuat.

"Kamu nggak apa-apa kan Mau?" Gio bertanya sekali lagi. Dia khawatir melihat muka pucat sang adik dan pipinya yang sudah basah karena air mata.

"Sayang? Kalian kenapa?"

Mendengar suara sang Mama, Maura langsung terburu-buru untuk menghapus air matanya dan mencoba untuk tersenyum agar di depan Mamanya dia tegar. Dia tidak ingin melihat Mamanya sedih lagi.

"Kami nggak apa-apa kok Mah, santai aja." Gio menjawab sambil mengelus kepala Mamanya dengan lembut. Sementara Maura, ia menggenggam tangan Mamanya dan mengangguk untuk membenarkan ucapan Gio.

"Jangan khawatir tentang masalah itu. Mama sudah menyiapkan semuanya dan Papa akan menanggung akibatnya kalau sudah berselingkuh di belakang. Dia akan kehilangan aset berharganya dan itu semua sudah tertulis di surat perjanjian yang telah disetujui Kakek dan Nenek kalian."

"Kalau Mama bahagia pastinya kami berdua akan ikut bahagia sementara, kalau Mama sedih pastinya juga kami akan sedih melihat Mama seperti itu." Ucap Maura memandang Mamanya dengan tatapan iba.

"Tentu sayang, kalau kalian masih berada di sisi Mama, Mama akan selalu bahagia. Apalagi kalau harta kita banyak." Canda Mamanya yang disambut kekehan geli dari kakak beradik.

***

Setelah berbicara dan saling menguatkan satu sama lain. Mamanya disuruh istirahat agar cepat pulih dan bisa pulang ke rumah.

Sekarang Maura dan Gio sedang duduk di sofa sambil menunggu dan menjaga Mama mereka. Lebih tepatnya, Maura yang menjaga sedangkan Gio dia sudah tertidur dengan pulas sambil meletakkan kepalanya di pundak Maura. Kentara sekali kalau Abangnya sedang kelelahan.

Maura memotret setengah wajah Gio sehingga orang-orang yang melihat pasti tidak menandai wajahnya. Ia juga memasukkan ke status we-a dengan caption 'lelah banget yah bang?' tulisnya.

Ting!

Maura di kejutkan oleh satu pesan yang baginya sangat tidak mungkin mengirimkan dirinya pesan kalau bukan Maura yang memulai.

erlan sayangg

Lo berduaan dengan cowo? Malam-malam gini?

Maura yang membaca pesan dari Erlan langsung menyeritkan dahi. Ada apa dengan pria ini? Lagi sakit atau sedang kesambet sehingga mengirimkan dirinya pesan malam-malam dia duluan lagi yang mengirim bukan Maura.

Dirinya mencoba mengabaikan pesan dari Erlan dan berpikir mungkin laki-laki itu salah kirim atau cuma gabut saja.

erlan sayangg

Pesan gue cuma dibaca doang? Keyboard lo udah nggak berfungsi dengan baik atau nggak bisa digunakan?

Gila! Ini benar-benar sudah gila. Gara-gara pesan dari Erlan mampu membuat Maura bergerak dengan tidak nyaman atau lebih tepatnya hatinya yang sedang jungkir-balik.

Maura : lo cemburu atau gimana?

Mendapatkan balasan dari Maura, Erlan langsung merutuki dirinya sendiri. Apa benar ia cemburu karena melihat status we-a Maura yang sedang bersama laki-laki.

Erlan : gue? Cuma heran aja katanya lo suka sama gue tapi kenyataannya malah sama pria lain. Mesra lagi!

"Kalau cemburu itu bilang aja! Jangan sungkan, ck, gengsi aja digedein." gumam Maura saat membaca pesan dari Erlan. Bilang saja kalau dia mulai jatuh cinta dengan Maura jangan buat teka-teki apalah itu atau semacamnya.

Maura : ah, masa? Kok gue nggak percaya?

Erlan : terserah.

Maura yang membaca hanya tersenyum saja dia tidak nyangka kalau sudah sampai di titik ini. Dimana Erlan semakin jatuh dalam pesonanya. Nggak sia-sia kalau dia gatal-gatal kayak ulat bulu kalau rencananya berhasil seperti ini. Haha!

BERSAMBUNG.

More Chapters