Semilir angin menerbangkan helai demi helai hitam yang terlihat berkilau saat sinar surya tidak sengaja mengenainya. Wangi maskulin bertebaran di udara ketika lekuk tubuh bak model itu berjalan santai mengabaikan banyak pasang mata memuja seakan dirinya adalah seorang idola dengan segudang prestasi.
Tapi, Yana Pamungkas memang salah satu pangeran yang berhasil membuat para gadis hanya sekedar merona, susah nafas, atau berharap bisa berdampingan di sisinya.
Langkah Yana terhenti ketika ia sudah memasuki ruangan tujuannya. Sepasang mata elangnya menelusuri setiap rupa manusia di sana yang sedang menatap heran akan kedatangannya.
Sudut bibir lelaki dengan title pangeran itu tertarik ke atas ketika tatapan matanya berhasil menemukan seorang gadis yang memang menjadi tujuannya datang ke sini.
Kembali ia melangkah, mendekati si gadis dan mengembangkan senyuman terbaiknya ketika tubuhnya berhasil berdiri di samping gadis itu.
"Yo, Fira."
..///
Safira Anindya atau yang akrab di panggil Fira tersenyum penuh tanya ketika Yana menghampirinya. Ingatan gadis ini mengatakan jika dirinya tidak pernah membuat janji untuk bertemu Yana hari ini.
"Ada apa, Yana?" Tanya Fira mengernyitkan sebelah alisnya karena Yana belum berhenti tersenyum barang sejenak saja. Apakah ia tidak tahu kalau beberapa gadis mulai berbisik - bisik tentang mereka?.
"Fir, bantu gue ya. Pak Marwan minta data anggaran biaya untuk acara festival kembang api tiga bulan lagi." Jawab Yana menyatukan ke dua tangannya di hadapan Fira. Seperti meyakinkan Fira jika Yana benar - benar membutuhkan bantuan dari gadis pemilik surai hitam terikat poni tail itu.
"Huh? Siska kemana?" Tanya Fira sedikit memiringkan kepalanya. Tapi sialnya wajah Fira terlihat imut di mata Yana.
"Siska libur. Titip absen karena ada acara keluarga." Jawab Yana menarik seutas senyum tipis.
"Huh?"
Fira mengangkat tubuhnya, memberi kode agar Yana menyingkir karena dirinya hendak lewat.
"Mau kemana Fir?" Tanya Yana melihat Fira berlalu tanpa menjawab pertanyaannya.
Langkah gadis itu menyusuri setiap meja dan berhenti pada salah satu meja seorang lelaki seusia mereka yang tengah menopang dagu menatap interaksi mereka sejak tadi.
"Arya. Aku harus ke ruang rapat sekarang. Yana perlu bantuan, kau mendengar yang tadi kan?" Ucap Fira menatap Arya yang juga ikut menatap kearahnya.
"Aku mengerti. Kalau lapar pergilah ke kantin, aku di sana. Oke?" Jawab Arya tersenyum lembut.
Fira hanya tersenyum merespon ucapan Arya. Kemudian berlalu dari hadapan lelaki itu dan memanggil Yana yang masih setia mematung di tempat yang sama.
....//////....
"Are you sure?"
Brian Almanta melayangkan tatapan tidak percaya ke arah seseorang yang dia anggap sebagai sahabat terbaiknya sepanjang masa.
"Jangan menatap seperti itu. Panitia persiapan festival memang sudah mulai sibuk bukan? Fira itu salah satu panitia, aku tidak punya kewenangan untuk melarang dia." Sahut Arya sembari menghidupkan layar ponselnya.
"She is your girlfriend, right? Aku pernah mendengar berita kalau Yana tertarik dengan Fira." Kata Brian sedikit berbisik.
"Huh? Aku tahu berita itu."
"What!" Kali ini Brian sedikit meninggikan suaranya sehingga membuat sudut perempatan muncul di dahi Arya.
"Lalu? Bagaimana kalau Fira tergoda dan berpaling?" Tanya Brian memincingkan mata dan sedikit menekuk alisnya.
Arya mendesah pelan. Dia membuka aplikasi game di ponselnya dan menunggu loading, netra hitam legamnya bergulir dan kerutan di dahi lelaki muda itu menandakan kalau dia nampak berfikir.
"Kalau Fira tergoda, berarti sudah saatnya mencari pengganti. Benarkan? But, until now she is mine. Aku tidak yakin pesona pangeran Yana bisa membuat Safira berpaling dari Arya Fedrostia." Ucap Arya dengan percaya diri sehingga membuat Brian tertawa dengan wajah datar.
"Yeah. Aku berharap doanya terkabulkan."
XXXX
"Fir, maaf ya tiba - tiba."
Fira melirik Yana dari ekor matanya. Gadis pemilik surai hitam sepinggang dan telah diikat rapi nampak begitu manis saat ia tersenyum, meski hanya tersenyum tipis namun netra elang Yana tidak akan melewatkannya.
"Gak apa. Ini memang tugas kita." Sahut Fira tanpa menoleh kearah Yana dan lebih fokus menatap layar laptop di depannya.
"Setelah ini aku traktir makan siang sebagai imbalan karena mau bantu aku."
Fira menatap Yana yang tengah menatapnya dengan mimik wajah penuh harap. Berharap jawaban Fira adalah menerima ajakannya. Meski Yana berusaha tenang namun mata elang itu tidak bisa menyembunyikan tujuan dari penawaran yang dia utarakan.
"No, thanks. Aku ada janji dengan Arya." Kata Fira menolak halus tawaran Yana.
"Ah, sayang sekali ya. Mungkin di lain waktu saja." Ucap Yana menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Raut kecewa tak bisa di sembunyikan Yana. Pandangan mata Ketua Panitia itu tampak sendu. Meski tak mengatakan langsung tapi Fira tahu jawabannya sudah melukai atau mematahkan harapan Yana.
"Maaf Yana. Hari ini aku memang ada janji bersama Arya."
"Aku mengerti. Hehe."
....///...
"Oke sudah. Mau aku bawakan langsung ke Pak Marwan?" Tawar Fira saat melihat Yana tengah merapikan beberapa kertas yang sempat berserakan.
"Biar aku saja." Jawab Yana tersenyum lembut.
"Kalau gitu aku duluan, mau ikut ke kantin? Kamu bisa gabung sama kita." Tanya Fira yang sudah berdiri di ambang pintu, sedikit memutar tubuhnya agar bisa menatap lawan bicaranya.
"Arya akan marah kalau aku di sana. Lagi pula aku takut me-"
"Kantin itu milik bersama. Lagi pula apa alasan Arya marah kalau kamu datang untuk makan di kantin?"
"Oke. Aku ikut." Sahut Yana bersemangat.
....////...
Kantin ALL University nampak rame akan lalu lalang mahasiswa yang sedang mengisi perut kosong mereka saat jam istirahat.
Pada salah satu meja yang berdampingan dengan jendela kaca memanjang turun, terlihat dua manusia dengan paras yang berbeda tengah duduk menyeruput segelas minuman dingin yang mulai kehilangan satu per satu es batunya.
Tepukan di bahu kiri Arya menyadarkan ia agar kembali ke dunia nyata karena sepasang mata miliknya menangkap siluet Fira yang berdiri bersama Yana dan tengah memandanginya.
"Yana mau ikut gabung, dia belum makan." Kata Fira menjawab pertanyaan yang belum sempat di sampaikan oleh Arya.
"Huh?"
Fira menghempas nafas sejenak, kemudian ia mengambil posisi duduk di sebelah Arya , sedangkan Yana duduk di sebelah Brian menghadap Fira langsung. Mereka hanya di batasi oleh meja panjang yang tersedia di posisi tengah.
...///...
"Arya?"
"Ya?"
Kedua bola mata Arya terbuka lebar ketika satu kecupan manis mendarat di sebelah pipinya yang bebas. Arya menoleh ke samping dan mendapati Fira tertawa geli karena warna merah yang samar telah hinggap di wajah Arya.
"Hey, apa yang kau lakukan?" Tanya Arya berusaha menenangkan debaran membara di dadanya.
"Kamu melamun, Arya !" Seru Fira sedikit kesal dan menatap kekasihnya dengan tajam.
"Aku tidak melamun." Sanggah Arya.
Fira meremas halus pahanya dengan sepasang mata yang masih menatap Arya, "lalu kenapa kamu cuma diam?"
Arya menarik sudut bibirnya. Sebelah tangannya yang bebas menepuk halus pucuk kepala Fira. Gadis yang telah menjadi kekasihnya selama lima tahun ini sangat manis ketika sedang kesal.
"Maaf Fira. Come in !"
Arya mengulurkan tangannya, sedikit mengangkat memberi akses Fira agar mendekat. Tanpa di tunggu pun gadis itu dengan cepat menghambur ke dalam dekapan hangat Arya.
Fira menghirup dalam aroma tubuh Arya. Gadis ini sangat suka berada dalam pelukan Arya, rasanya sangat nyaman. Satu kecupan terasa di pelipisnya. Ah, Arya memang tahu bagaimana cara menenangkan Fira yang sempat kesal.
"Ehem ! Makanan kalian mulai mendingin di atas meja. Bisa kita makan dan kemesraan kalian di lanjutkan nanti saja?" Sindir Brian yang sudah lebih dulu menyantap makan siangnya sembari menonton keromantisan sepasang kekasih di hadapannya.
Arya menatap Brian dan memberikan senyuman mengejek kepada sahabatnya itu. Tentu saja wajah kesal Brian nampak jelas mulai terlihat. Namun tatapannya seketika berhenti tatkala netra hitam legam itu beradu temu dengan netra elang yang terlihat sedang menahan sesuatu.
"Something wrong, Yana?" Tanya Arya menarik tubuh Fira agar lebih mendekat.
"Maksudnya?" Tanya Yana.
"Apa aku dan Fira menganggu? Maaf kalau kami seperti pasangan yang tidak tahu tempat." Ujar Arya sedikit menekan kata pasangan.
"No ! Kalian tidak menganggu sama sekali. Aku senang melihat Fira begitu bahagia sama kamu." Jawab Yana yang tidak jujur dengan perasaannya. Sejujurnya Fira yang berada di pelukan Arya sangat menganggu mata dan hati Yana.
"Senang melihat Fira bahagia bersamaku? Huh? Kamu menyukai Fira?" Tanya Arya kembali dengan nada datar. Hal itu membuat Fira menatap kekasihnya, dan melihat rahang Arya mulai terlihat mengeras.
"Arya?" Panggil Fira seperti berbisik namun cukup tertangkap oleh pendengaran Arya.
"Hahaha. Apa perkataan tadi menyinggung kamu? Aku tidak bermaksud, ah maaf Arya. Tapi sejujurnya aku suka Fira sebagai teman. Aku tidak memiliki tujuan lain." Kata Yana berusaha meredam sedikit ketegangan.
"Kau tak boleh memilikinya Yana. Gadis ini adalah milikku." Sahut Arya tersenyum misterius.
XXXXX
